Salah satu masalah medis besar kaum senior ialah terjatuh. Bukan jatuh, melainkan terjatuh. Kalau jatuh seolah diniati, sedang terjatuh memang bisa menjadi jatuh. Bisa menjadi jatuh tidak menafikan banyak faktor di luar menjadi penyebabnya, namun kalau dicermati, lebih sebab pada faktor di dalam diri, faktor human error. Mengapa begitu?
Seide.id – Lucu membaca postingan seseorang di FB nyinyir soal jatuh tidak mau disalahkan pihak medis. Memangnya siapa yang mau jatuh, ketika pihak medis menasihati hati-hati jangan sampai terjatuh.
Faktor berisiko bikin orang terjatuh yang berada di luar diri selalu hadir. Makin abai suatu lingkungan membangun safety first, seperti orang tidak terlindung dari ancaman lantai licin, ada undakan yang tak diberi tanda, kulit pisang tercecer di lantai, trotoar yang tidak rata, lubang menganga di tempat publik, ada tonjolan sandungan – makin besar risiko orang untuk terjatuh. Namun orang yang lebih berhati-hati, yang lebih bersikap alert terhadap semua yang kurang abai pada safety first itu, lebih selamat ketimbang yang kurang waspada.
Terjatuh atau jatuh juga bisa sebab kecelakaan. Namun risiko sebab kecelakaan menjadi sangat kecil, bahkan sampai nol, kalau kewaspadaan membawa badan terbilang tinggi. Melawan lingkungan yang safety first buruk, berarti meninggikan risiko terjatuh.
Ngebut membawa mobil meninggikan risiko kecelakaan dibanding tidak ngebut. Kembali ini soal pilihan menyikapi bagaimana kita membawa badan sehingga sangat waspada, siaga, dan fokus terhadap semua yang buruk yang hadir di luar diri, yakni lingkungan di mana kita bergiat. Di kita tempat publik kurang memerhatikan safety first. Maka kita yang mesti lebih ekstra hati-hati berada di tempat publik.
Ada orang-orang yang bakatnya (trait) rentan kecelakaan atau accident pronesses. Lebih gampang mengalami kecelakaan, bahkan sekecil yang tidak perlu terjadi sekalipun. Gampang memecahkan barang, gampang menyenggol kalau mengendarai mobil, gampang kepeleset. Itu soal inner, yang di dalam itu. Bawaan begini sukar dikoreksi selain perlu lebih fokus selama membawa badan dan menekan semua faktor risiko dalam kawasan yang safety firstnya jelek.
Hal lain, semakin bertambah umur, semakin menurun keseimbangan tubuh. Ini bisa dikoreksi apabila rutin berjalan kaki aerobic, jalan kaki tergopoh-gopoh yang saya terjemahkan dari istilah brisk walking.
Makin rutin brisk walking, makin kokoh keseimbangan tubuh, tidak gampang oleng. Andai pun sampai terpeleset (karena hal yang di luar diri: lantai basah, kulit pisang), tidak harus sampai terjatuh, karena tubuh sudah lebih terampil menyeimbangkan badan. Ini juga sebuah pilihan, kalau mau tidak sampai terjatuh, ya rutin brisk walking.
Jadi orang terjatuh itu bukan nasib, melainkan karena urusan diri sendiri. Faktor jeleknya risiko orang terjatuh yang berada di luar diri, buruknya safety first, itu sesuatu yang diri kita tidak bisa mengubahnya, karena sudah kondisinya, tapi kewaspadaan diri yang kita bisa meninggikannya, sehingga tidak perlu terjatuh. Maka memang harus menyalahkan diri sendiri kalau sampai terjatuh, karena sejatinya kita bisa menurunkan semua faktor risiko itu sebagai sebuah pilihan. Dengan cara menekan, cara menihilkan human error kita sendiri.
Itu maka pihak medis harus selalu menasihati, jangan sampai terjatuh. Lantai basah dan licin kondisi statis di luar diri yang bisa hadir di mana saja, bahkan di kamar kita sendiri. Kita bisa menghindarinya, karena itu faktor risiko tinggi untuk bikin kita terjatuh. Hanya bila kita menjauh dari semua faktor risiko terjatuh, kita bebas dan ancaman terjatuh.
Dampak terjatuh menjadi malapetaka besar dalam hidup kita, bila sampai patah tulang, atau komplikasi terbutuk kelumpuhan bila terjatuh berakibat patah tulang kompresi, memipihnya ruas tulang belakang akibat osteoporosis, menekan saraf di sekitar berakibat kelumpuhan.
Orang Indonesia sebagian berisiko osteoporosis karena sejak kecil pembentukan fondasi tulangnya tidak padat, akibat kekurangan kalsium. Semakin bertambah umur tulang semakin menipis, lalu rentan patah (pathological fracture), keseonggol bajaj saja patah tulang.
Kewaspadaan terhadap semua faktor risiko tinggi untuk jatuh yang berada di luar diri, itulah juga bagian dari pilihan gaya hidup. Terjatuh sesungguhnya masih mungkin bisa dicegah, bukan selalu sebab kecelakaan, bukan pula selalu musibah.
Topik ini satu slide dari 200 slide powerpoint seminar Sehat Itu Murah yang selama ini saya bawakan, membahas tuntas tentang terjatuh dan osteoporosis.
Salam sehat,
Dr Handrawan Nadesul