Seide.id – Ada beda antara jatuh cinta dan cinta itu sendiri. Sekurangnya menurut Hellen Fisher (2006). Setiap orang dalam otaknya terbangun apa yang disebut “peta cinta” (Love Map) yang memandu dirinya hanya tertarik kepada ideal type lawan jenis yang sebagaimana tergambar dalam peta cintanya. Pengalaman masa kecil, posisi dalam keluarga, adakah model peran dalam keluarga, menentukan siapa tipe idealnya. Lelaki anak mami pereferensi suka menemukan tipe idealnya pada wanita keibuan. Gadis yang kehilangan figur ayah menemukan tipe idealnya pada lelaki yang tua. Gadis tomboy menemukan tipe idealnya pada lelaki gemulai.
Preferensi seperti ini amat bervariasi, menjelaskan kenapa orang bisa jatuh cinta kepada lebih dari satu orang saja, karena ada seperangkat orang dengan tipe ideal yang serupa. Jatuh cinta itu mengandung elemen romantic attraction dan sex appeal. Tipe ideal membawa kedua unsur ini. “Peta cinta” yang memandu seseorang bisa menemukan romantic attraction pada seseorang, itu maka tidak harus yang cantik hanya tertarik kepada yang ganteng, atau sebaliknya yang ganteng tidak harus tertarik kepada yang cantik semata.
Namun jatuh cinta itu ibarat window shopping. Orang tertarik pada barang yang dipajang di etalase, namun tentu tidak berarti harus memiliki. Baru diputuskan membeli barang yang membuatnya tertarik itu kalau uangnya cukup, pantas dipakainya, setelah dicoba (fitting) pas model dan ukurannya. Itulah yang dalam ungkapan Prof R Sternberg disebut passion dan intimacy. Bahwa cinta bermuatan 3 unsur, yakni passion-intimacy-committment yang disebut “Matriks Cinta” Dengan menimbang 3 unsur itu kita membedakan cinta sejati kalau memiliki ketiga unsur tersebut. Cinta romantis kalau hanya passion dan intimacy tapi gak kawin-kawin (commitment). Cinta sayang tidak ada passion, hanya intimacy lalu kawin. Cinta buta hanya ada passion tapi tidak intimacy tidak commitment. Cinta kosong, tanpa passion tanpa intimacy, langsung kawin (seperti kebanyakan kawin orang dulu). Dan cinta tubruk, hanya passion tanpa intimacy, tanpa kawin alias kumpul kebo.
Jatuh cinta menjadi cinta memakan waktu. Umur jatuh cinta secara statistik hanya 4 tahun, maka pacaran lebih dari 4 tahun berisiko putus, karena rasa jatuh cintanya sudah redup, dan tinggal cinta. Cinta bisa menjadi modal perkawinan kalau ada kematangan emosi. Pasangan dengan romantic Attraction yang tinggi (ketertarikan keterpikatan) dipadu dengan kematangan emosi yang juga tinggi, menghasilkan perkawinan dengan modal besar untuk langgeng. Harrold Bessel, PhD mengungkap. bahwa calon pasangan hidup yang setelah ditest Romantic Attraction Questions (RAQ) yang dibuatnya, hanya yang bila nilai testnya tinggi (di atas 300) perkawinannya langgeng dan bahagia, tidak bahagia atau gagal bila test RAQ-nya rendah (kurang dari 300).