MAS SOEGENG
Hari ini, 31 Agustus 2021, merupakan hari terakhir Amerika meninggalkan Afghaninstan, sesuai perjanjian di Doho. Amerika mengakhiri perang terpanjangnya, 20 tahun, menghabiskan US$ 978,000,000,000, dan menewaskan 3,500 orang, diantaranya 2,300 pasukan Amerika. Sebanyak 21,000 orang Amerika luka parah.
Lebih menyakitkan lagi, di hari-hari terakhir evakuasi menuju Amereka, 13 tentara mereka terbunuh dalam dua kali bom bunuh diri di pintu masuk Bandara di Kabul oleh ISIS-K.
Ini perang yang sangat merugikan dan memalukan bagi Amerika dalam semua hal. Termasuk kebanggaan dan rasa malu. Terlebih, meninggalkan Afghanistan dengan transisi pergantian yang sangat tidak profesional dan akan dikecam banyak pihak, terutama warga Afghanistan yang selam aini dibantu dan dididik dalam kemiliteran dan pemerintahan.
Jika nanti Afghanista menjadi ladang perang dan pembantian bagi masyarakat Afghanistan sendiri, karena ulah Taliban, ASmerika beretanggung jawab.
Sementara itu, masih ada ribuan warga sipil Amerika belum bisa keluar Afghanistan, meski pesawat terakhir telah meninggalkan negeri yang tak jelas masa depannya itu. Mereka yang tinggal, sebagian tak terangkut, sebagian karena alasan tidak tega meninggalkan sekelompok warga yang sudah dibantu, namun harus menghadapi sendiri pasukan Taliban.
Warga Afghan Mulai Ditangkan dan Diadili
Mereka berharap, bersama warga Afghanistan yang ingin melihat masa depan Afghan, bisa negosiasi dengan Taliban, dan membentuk pemerintahan bersama menjadikan negara ini memiliki masa depan lebih baik.
Janji atau amnesti Taliban yang dibicarakan di depan pewarta seluruh dunia bahwa mereka akan mengampuni mereka yang tak menyukai Taliban dan memperlakukan perempuan lebih baik, tak menjadi kenyataan.
Saat ini, begitu Amerika meninggalkan negeri ini, di jalanan dilakukan pencegatan kepada semua warga Afghan. Taliban mencari orang-orang yang selama ini dianggap bekerjasama dan membantu Amerika untuk ditahan, diadili dan dihukum.
Seorang perempuan menangis di depan siaran CNN bahwa 70 teman mereka ditahan dan disiksa. Ia sendiri tak tahan dan nbingung mau keluar dari negeri ini, namun tak seoragnpun membantu. Sementara nasib perempuan, lebih menyedihkan dan tak memiliki masa depan.
Hari ini, ketika Amerika keluar Afghan dengan kekalahan terbesarnya, dan Taliban berkuasa, akan menjadi perhatian dunia, seperti apa Afghanistan di bawah pemerintahan teroris seperti Taliban yang menerapkan hukum Islam dengan tafsirannya sendiri.