Dete Alia, direktur Serve Indonesia, di webinar Terorisme dalam Spektrum Keamanan Nasional Indonesia 2021 di Jakarta tanggal 20 Januari 2021, menyatakan: motivasi terorisme saat ini sudah bergeser jauh. Dari sebelumnya jihad fi sabilillah untuk mendirikan negara Islam, sekarang motifnya ekonomi. Bahkan mendapat jodoh.
Dete memberi contoh teroris wanita
yang sekarang mulai banyak bergerak di medan jihad. Motivasinya, ternyata ada yang sekadar tertarik mendapat jodoh dan kehidupan ekonomi yang lebih baik.
ISIS, misalnya, menjanjikan gaji besar kepada wanita yang mau berjuang dengannya di medan tempur Suria. Ia pun dijanjikan mendapat jodoh pria jihadis yang secara ekonomi mapan. Begitu pula kaum pria.
Banyak yang tertarik menjadi teroris karena faktor ekonomi. Bahkan tertarik menjadi
teroris karena terlihat gagah bila mejeng di Facebook dan Instagram. Pakar terorisme Noor Huda Ismail, misalnya, pernah
bertemu seorang remaja — Teuku Akbar Maulana, 17 tahun, asal Aceh — di kota Kayseri, Turki, yang tengah menunggu
agen untuk berangkat ke Suria, Juni 2014 lalu. Ketika ditanya kenapa ingin menjadi tentara ISIS, Akbar menjawab: hanya
kepingin terlihat gagah.
Foto selfienya yang memanggul
senjata dan berbaju tentara, jika diunggah ke Facebook dan Instagram, akan membuat teman-teman Akbar di Indonesia berdecak kagum. Akbar sendiri nekad ke Suria
karena diajak temannya yang sudah berjihad di Suria melalui sosmed.
Pengamat terorisme, Noor Huda Ismail menyebut “teroris” macam ini dengan istilah teroris selfie. Dari kasus itu pula, Noor Huda terinspirasi membuat film pendek berjudul “Jihad Selfie”. Film Jihad Selfie ini menggambarkan, betapa motivasi orang menjadi teroris kadang sangat absurd. Hanya ingin terlihat gagah
bila foto selfienya diunggah ke sosmed.