Seide.id. Adakah yang ingin mengundang krisis, resesi dan pandemi?
Tidak ada.
Karena mereka bukan tamu yang menyenangkan. Sebaliknya, menyusahkan.
Lantas apa pandangan Jokowi sebagai Presiden ,tentang krisis, resesi dan pandemi?
Saudara-saudara sebangsa dan setanah air. Krisis, resesi, dan pandemi itu seperti api. Kalau bisa, kita hindari, tetapi jika hal itu tetap terjadi, banyak hal yang bisa kita pelajari,” demikian ucap Jokowi beberapa jam lalu pada akun Instagramnya.
Satu setengah tahun lalu, apa yang tidak diduga, tiba-tiba, menimpa seluruh dunia.
Corona virus datang sebagai pandemi yang tIdak diinginkan dunia. Ia tidak memberi pilihan dengan bertanya,
Apakah kita mau mengubah semua kebiasaan?
Ia memaksa untuk mengubah semua kebiasaan hidup dan cara-caranya. Mau tidak mau , suka tidak suka, terima atau tidak, tetap harus diterima.
Virus ini, dengan kehendaknya, telah memaksa kita untuk berubah
meninggalkan cara-cara lama yang ia anggap tidak relevan.
Seperti dituturkan Jokowi, selanjutnya,
“Pandemi Covid-19 telah memacu kita untuk berubah, meninggalkan kebiasaan lama yang tidak relevan, dan menerobos ketidakmungkinan.
Kita dipaksa untuk membangun normalitas baru dan melakukan hal-hal yang dianggap tabu selama ini.
Memakai masker, menjaga jarak, tidak bersalaman, dan tidak membuat keramaian, adalah kebiasaan baru yang dulu dianggap tabu. Bekerja dari rumah, belanja daring, pendidikan jarak jauh, serta rapat dan sidang secara daring, telah menjadi kebiasaan baru yang dulu kita lakukan dengan ragu-ragu.
Di tengah dunia yang penuh disrupsi sekarang ini, karakter berani untuk berubah, berani untuk mengubah, dan berani untuk mengkreasi hal-hal baru, merupakan fondasi untuk membangun Indonesia Maju.
Menarik sekali mendengar penuturan Jokowi. Sebagai Presiden, sekaligus pribadi yang tidak pernah patah semangat, ia mengajak kita untuk melihat dari kaca mata yang berbeda.
Selalu ada hal yang positif (ricke)
ikuti Presiden Jokowi: Terima Kasih Gresyia Polii dan Apriyani Rahayu
