“Kita kehilangan tokoh pers besar yang semakin jarang tampak, padahal dunia pers membutuhkan keteladanan seperti Prof Salim Said yang produktif dengan karya bermutu, dan tidak pernah takut menyatakan kebenaran,” ungkap Ketua PWI Pusat, Hendry Ch Bangun.
Seide.id. – Indonesia kehilangan tokoh pers yang mumpuni. Dr Salim Said, jurnalis Tempo yang dikenal sebagai kritikus film dan pakar militer, dan bergelar profesor, meninggal dunia pada Sabtu (18/5/2024). Mantan Duta Besar RI untuk Republik Ceko itu dikabarkan tutup usia pukul 19.33 WIB, setelah sempat dirawat di RS Cipto Mangungkusumo, Jakarta.
Meninggalnya Dr Salim Said di usia 80 tahun telah dikonfirmasi oleh istrinya, Ny. Herawaty, dalam pesan singkat yang diterima sejumlah wartawan di Jakarta, Sabtu malam.
Organisasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) menyampai duka mendalam atas wafatnya jurnalis yang juga dikenal sebagai kritikus film. Ketua PWI Hendry Ch Bangun mengungkapkan bahwa Salim Said adalah wartawan senior yang kini lebih dikenal sebagai akademisi karena kemampuan intelektualnya.
“PWI Pusat sangat berduka atas wafatnya Prof Salim Said, seorang wartawan di Majalah Tempo, yang belakangan malah lebih dikenal sebagai intelektual,” ujar Hendry, Sabtu (18/5/2024).
Hendry menegaskan, semasa hidupnya, Salim Said telah menjadi teladan bagi seluruh insan pers di Indonesia. Kepergian almarhum pun meninggalkan duka yang mendalam, karena Indonesia telah kehilangan salah satu tokoh pers besarnya.
“Kita kehilangan tokoh pers besar yang semakin jarang tampak, padahal dunia pers membutuhkan keteladanan seperti Prof Salim Said yang produktif dengan karya bermutu, dan tidak pernah takut menyatakan kebenaran,” ungkap Hendry.
Salim Said merupakan aktifis di masa mudanya dan menjadi akademisi hingga akhir hayatnya. Dia lahir pada 10 November 1943 di Amparita Parepare, Kota Parepare, Sulawesi Selatan. Dia mengawali pendidikan tinggi di Akademi Teater Nasional Indonesia (1964-1965), dan melanjutkan kuliah S1 di Fakultas Psikologi UI (1966-1967).
Namun, Salim tak menyelesaikan studinya itu. Ia memilih melanjutkan studi S1 di Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Indonesia, Jakarta (1976).
Salim memulai kariernya di bidang jurnalistik sebagai redaktur di beberapa media, seperti ‘Pelopor Baru’, ‘Angkatan Bersenjata’, dan wartawan majalah ‘Tempo’ (1971-1987). Selain itu, Salim juga aktif mengajar di Sekolah Ilmu Sosial Jakarta.
Karya Salim banyak dimuat diberbagai publikasi seperti Mimbar Indonesia, Bahasa dan Budaya, Horison, dan Budaya Jaya. Karyanya yang terkenal dalam dunia perfilman adalah buku berjudul Profil Dunia Perfilman Indonesia (1982), yang kerap menjadi rujukan dalam studi film di Indonesia.
Salim juga pernah menjadi anggota Dewan Film Nasional dan Dewan Kesenian Jakarta. Ia kerap berdiskusi mengenai film, sejarah, sosial, dan politik.
Kesibukannya sebagai wartawan di majalah mingguan, tak menghapus obsesinya untuk meningkatkan kemampuan akademisnya.
Salim melanjutkan S2 di jurusan Hubungan Internasional Ohio University, Amerika Serikat (1980). Setelah itu, Salim kuliah lagi S2 di jurusan Ilmu Politik Ohio State University, Amerika Serikat (1983). Lalu, Salim melanjutkan S3 di jurusan Ilmu Politik Ohio State University, Amerika Serikat (1985).
Beberapa buku karyanya, antara lain, “Dari Festival ke Festival: Film-film Manca Negara dalam Pembicaraan”, “Militer Indonesia dalam Politik”, “Tumbuh dan Tumbangnya Dwifungsi: Perkembangan Pemikiran Politik Militer Indonesia, 1958-2000”, dan “Dari Gestapu ke Reformasi: Serangkaian Kesaksian” dan banyak lainnya.
Selain menulis, Dr. Salim Said juga kerap tampil di berbagai seminar, diskusi, dan acara temu wicara di televisi. Khususnya terkait dengan militer dan sosial politik mutakhir.
Jasad almarhum Prof. Dr. Salim Said disemayamkan malam ini di rumah duka di Jalan Redaksi no 149, Kompleks Wartawan PWI, Cipinang, Jakarta Timur. Jasad almarhum, menurut sumber yang sama, rencananya akan dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan, pada Minggu siang (19/5/2024). – dms