Kelas penulisan jurnalisme sastrawi, mengapa tidak? Tulisannya perpaduan gaya penulisan features dengan unsur-unsur 5W dan 1 H atau ASDAMBA (Apa, siapa di mana, mengapa dan bagaimana) dan ini salah satu contohnya, sebuah buku berdasarkan liputan tentang rekam jejak PD II, mulai dari pulau-pulau tempat pasukan AS yang dipimpin Jend Mac Arthur, serangan katak, bom atom ke Hiroshima dan Nagasaki, Tentara Jepang Nakamura, para keturunan tentara Amerika di P. Morotai, tempat dan pulau2 yang menjadi saksi bisu di Morotai, pertama kali tentara Jepang mendarat di Morotai, goa tempat persembunyian Jend Mac Arthur di P. Morotai dll.
Selama 20 hari saya tinggal di sana dan melakukan tugas jurnalisme sastrawi yang digagas Badan Bahasa Pusat Kemendikbud pada 2016. Melalui tema Sastrawan Berkarya di daerah 3 T, saya merambah seluruh pulau itu dengan melakukan liputan langsung dan wawancara para saksi sejarah PD II.
Nanti, pada akhir Juli pelatihan tentang penulisan jurnalisme sastrawi, penulisan artikel, features semoga bisa terlaksana di Taman Ismail Marzuki. Yang mau ikutan yuk, kita belajar dengan hati yang gembira. Jangan lupa sebelum menulis kuasai juga Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) yaaak, supaya tahu bagaimana penulisan yang sederhana tentang kalimat langsung dan tak langsung, pemisahan di, ke, dari, lah, kah, tah, pun, pemakaian huruf besar dan kecil dll agar tulisan asyik dibaca dan perlu…yuuk kita belajar bersama
Fanny Jonathans