Penyakit Literasi
Bayi, anak muda, orang tua yang takut mati sebelum usia 60 tahun yang hidupnya dalam genggaman ponsel, percaya bahwa agama terbaik hanya agamanya, mudah percaya pada hoax, miskin nalar dan berpenyakit literasi. Apapun. Inilah yang saya sebut dengan manusia yang hidup dalam Era Kebingungan ( e-Bing)
Saya pernah mencoba mengetes kelompok eBing dengan menampilkan sebuah iklan sepeda baru dengan spesifikasi dan mencantumkan harga plus alamat pembelian dalam flyer, tapi kaum eBing di facebook, Instagram dan WA, 82% bertanya, berapa harganya ? Dimana bisa dibeli! Duh.
Produk Jurnalisme
Lalu, dimana kerja jurnalisme, atau kaum jurnalis berperan ?
Sejak dua tahun lalu, kelompok ini sudah terlebih dahulu terkena Penyakit Kebingungan. Di satu sisi mereka ingin bertahan hidup di atas media cetak, di sisi lain, mereka mengingkari kebenaran bahwa orang lebih banyak membaca di media online dibanding di media cetak.
Persoalan besar, kaum Netizen membaca medsos dan percaya apa yang ada di sana. Sebaran di medsos lebih banyak dibanding Media Online. Apalagi muncul apatisme pembaca tertentu terhadap beberapa media Online yang sudah tak dipercaya Netizen, yang sudah dinilai sebagai media partisan.
Mereka lebih percaya apa yang ada di media sosial, dibanding di media berita, dimana, pada zamannya, para jurnalis, reporter, wartawan, kuli tinta dan kelompok yang menjunjung tinggi paham jurnalisme pernah berjasa dengan berita di atas kertas.
Manusia yang tinggal di dunia yang disebut Netizen adalah 80% orang-arang yang sedikit kehilangan kecerdasan membaca dan buta fakta. Sesuatu yang diunggah, dicetak di platform media sosial dianggap sebuah kebenaran. Sebuah fakta baru.