Jurnalisme Sudah Mati !

Jurnalisme Sudah Mati

Jurnalisme Pemintal

Ada 43,300 platform Portal News ( Media Online), yang tercatat resmi di Dewan Pers, hanya 74 media yang terdaftar dan memenuhi persyaratan Dewan Pers dan PWI. Dari 74 media itu hanya setengahnya yang bisa hidup dari uang yang diberikan oleh iklan online melalui google adsense. 

Tetapi, jangan harap anda menemukan media yang menerapkan karya jurnalisme bergengsi. Ada, tapi hanya hitungan jari belaka.

Jurnalisme dalam pemahaman ini adalah kegiatan mengumpulkan, berita, mencari fakta, mengolah menjadi berita yang jujur, berdiri di atas keberanan, berkarakter dengan gaya bahasa sang jurnalis, dan enak dibaca. 

Dua tahun pandemi covid19, semua akses komunikasi darat tertutup. Bahkan orang menutup diri bertemu dengan siapapun. Hanya seorang jurnalis yang militan dan menjunjung tinggi ilmunya tetap menempuh segala cara untuk menemui nara sumbernya untuk memperoleh berita indepth dan membuka wawasan si pembaca. 

Yang lain, lebih suka mengutip, menulis ulang ( rewrite) berita yang sudah ada. Dari 1 Media Online yang menulis, mungkin 100 media online lain akan melakukan tulis ulang. Baik menyebut sumber atau mengacuhkannya. Yang penting media online ada contentnya, ada yang dibaca, meski tulisan sampah.

Kemalasan penulis semakin membudaya ketika sekarang ada 46 aplikasi pemintal tulisan ( Spinner Articles) yang mampu mengubah 1 tulisan menjadi 50 tulisan yang berbeda, meski sumber dan datanya sama. Mesin hanya membolak-balik kalimat, mengganti struktur kalimat, mengubah sinonim, maupun mengganti istilah atau padanan kata. Banyak media online melakukan itu. Pembaca tak peduli.

SELANJUTNYA > Robot Menguasai Karya Jurnalis

Avatar photo

About Mas Soegeng

Wartawan, Penulis, Petani, Kurator Bisnis. Karya : Cinta Putih, Si Doel Anak Sekolahan, Kereta Api Melayani Pelanggan, Piala Mitra. Seorang Crypto Enthusiast yang banyak menulis, mengamati cryptocurrency, NFT dan Metaverse, selain seorang Trader.