Seide.id – Saya paling suka sate kambing. Orang-orang selalu bertanya apa tidak takut makan sate kambing. Sudah lebih satu kali saya menjawab, bahwa kambing sama halnya dengan daging sapi, kerbau, atau babi, hanya 70 mg kandungan kolesterolnya untuk setiap 100 Gram daging. Artinya bukan sebagai sumber kolesterol.
Lagi pula apa perlu takutnya sekarang, setelah WHO mengumumkan bahwa asupan menu berkolesterol tidak berkorelasi dengan meningginya kolesterol dalam darah. Nasihat dokter untuk membatasi konsumsi kolesterol selama lebih 40 tahun terakhir ini, sesuatu yang keliru.
Kalau begitu mengapa harus takut mengonsumsi makanan berkolesterol, bahkan yang tinggi kolesterol sekalipun. Beberapa kali saya diwawancara TV untuk memastikan bahwa daging kambing tidak sejahat yang masyarakat kira.
Orang di Maroko hampir setiap malam menyantap daging kambing. Angka kejadian stroke atau jantung sebagaimana ditakutkan orang, tidak lebih tinggi ata umeningkat di sana. Demikian pula di Tegal. Warung sate kambing bertebaran sepanjang kota, dan orang Tegal lebih sering menyantap sate kambing, namun angka kejadian penyakit yang orang takutkan, tidak lebih tinggi di sana.
Kalau ada cerita sehabis menyantap sate kambing lalu stroke, atau serangan jantung, itu hanya koinsiden kasuistik belaka. Kebetulan memang sudah bakal terjadi serangan penyakitnya, saat sehabis makan sate kambing. Yang disalahkan sate kambingnya.
Setiap ada kesempatan menyantap sate kambing saya memanfaatkannya. Juga manakala roadshow seminar ke Surabaya diundang Unilever, di Pandaan. Sepulang dari Pandaan, saya mampir makan sate dan tongseng kambing, sambil dihibur musik, badan terasa bugar dan senang di hati, tak kurang 20 tusuk. Begitu pula kalau saya sedang singgah di kota Tegal.
Jadi sebetulnya apa salahnya kambing?
Salam sehat,
Dr Handrawan Nadesul