Oleh MAS SOEGENG
Lebih dari 20 tahun lalu, teman saya ingin meandaftar menjadi ABRI. Sehari sebelumnya, seorang teman berpesan. “ Jangan lupa minum susu merk Beruang, agar saat pemeriksaan, paru-paru kamu bersih seperti bayi. Tidak terlihat flek hitam”.
Banyak remaja calon tentara, percaya pada hal serupa. Minum susu cap Beruang , agar paru-paru bersih saat diperiksa. Yang lolos tes kesehatan mengatakan isue soal susu itu benar. Yang tak lolos diam karena malu tidak lulus. Bukan karena susunya.
Tiga puluh tahun sebelum itu, terjadi keributan di pasar. Susu itu dianggap tak cocok lagi untuk bayi. Dokter menyarankan susu terbaik adalah ASI. Dulu, logo susu Beruang menggambarkan seekor beruang sedang menyusui bayi beruang. Botol itu kemudian dihapus pada logonya tahun 1967. Kampanye iklan susu Beruang lalu disebut cocok buat pertumbuhan anak sampai dewasa dengan kandungan kekayaan vitaminnya. Orang rebutan mencari susu Bear Brand lagi.
Panic Buying
Saat ini, 60 tahun sesudah pergantian dari susu khusus bayi, saat kepanikan orang mencari obat imun melawan covid, tiba-tiba muncul kehebohan. Susu merk Bear dianggap mampu menyembuhkan berbagai penyakit diantaranya manjur menahan serangan covid karena minum susu Beruang imunitas bertambah. Di kampung-kampung, di kota, tampak orang berebut memperoleh susu Beruang. Di supermarket, manusia dengan rakusnya memasukkan susu Beruang sebanyak mungkin. Kalau perlu menyikut atau menendang orang lain yang menghalangi nafsunya. Itu bisa kita saksikan di medsos atau televisi.
Semua kegaduhan, viral tentang Susu Beruang, tak lepas dari dua hal. Kehandalan konsep kampanye iklan Susu Beruang dan minimnya literasi kesehaan masyarakat kita. Orang mudah melahap anjuran tentang suatu obat yang dianggap manjur menyembuhkan segalanya. Lebih meyakinkan, jika video atau pesan yag disebar, menggunakan jabatan dokter, ahli atau kesaksian.
Obat Penyebut Berbagai Penyakit
Saya pernah membaca sebuah jurnal kedokteran tentang susu yang menurut para ahli, susu apapun, termasuk susu Beruang, memiliki khasiat sama. Menyehatkan. Tak ada merk susu yang lebih baik dari merk susu lainnya. Yang beda hanya merknya. Minum susu juga tidak lantas meningkatkan imunitas. Dibutuhkan makanan bergizi lainnya untuk menjaga kesehatan. Kenalan saya, Dr. Handarawan Nadesul menyebut tidak ada satu obatpun yang menyembuhkan berbagai penyakit. Apalagi mengklaim bisa menyebuhkan hingga 50 penyakit.
Seperti biasa, kegaduhan ini menunjukkan bahwa masyarakat kita memang miskin literasi kesehatan dan obat-obatan. Kelemahan ini dimanfaatkan pengusaha dan ahli komunikasi untuk memperoleh keuntungan dari orang-orang yang mudah dibujuk dan dipengaruhi. Sayangnya, overclaim produk seperti ini tak pernah dibenahi. BPOM diam saja. Publik salah asumsi, literasi gizi publik minim, akhirnya ada kepercayaan-kepercayaan yang dibentuk sebagai opini publik. Apa yang mestinya mitos dijadikan kebenaran. Sebaliknya, fakta ilmiah sama sekali tidak digubris……
Catatan : Gambar di atas adalah iklan susu beruang zaman dulu