(Ilustrasi: I’m College)
Lombok alias cabe itu umumnya pedas. Kendati pedas, banyak orang menyukainya. Jadinya, kapok lombok.
Kita mengaku menyesal, kenyataannya kita mengulangi hal yang sama, terus menerus, bahkan tak ada jeranya.
Padahal, menyesal yang diikuti dengan pertobatan itu bentuk kesadaran diri. Wujudnya adalah perbuatan nyata. Bukan nato alias no action talk only, melainkan fakta untuk berubah dan menjadi semakin lebih baik.
Kita tidak sebatas berhenti berbuat hal-hal yang jelek dan negatif, tapi kita berani belajar untuk berbuat baik.
Tidak mudah memang. Berhenti berbuat jahat itu relatif lebih mudah, ketimbang kita memulai berjuang untuk melakukan hal-hal yang baik dan positif.
Caranya, tinggalkan perangai lama. Kita menuju hidup baru, dan menjadi manusia baru.
Semisal, dari hobi bergosip ria membicarakan kejelekan dan keburukan orang lain, kita belajar mengambil kelebihan dan kebaikan orang itu untuk memotivasi diri.
Kita yang semula biasa bangun siang, kini berjuang untuk bangun lebih pagi. Yang semula nyaman bermalas-malasan berubah menjadi rajin membaca dan bekerja. Yang sok gengsi dan suka pamer, menjadi pribadi sederhana dan rendah hati. Dan seterusnya.
Hal yang bersifat negatif itu sangat jelas merugikan dan kontra produktif.
Saatnya kita berorientasi untuk mengisi hidup ini dengan berpikir positif. Kita melakukan hal yang menyenangkan dan bermanfaat agar kita semakin produktif.
Dengan melakukan semua hal yang bersifat positif dan menyenangkan itu, kita jauh dari stres.
Kita hidup sehat, dilimpahi sukacita, dan bahagia.