Tak disangka, dari kartu nama itu, sang pemuda menyadari siapa orang yang selama ini dikhotbainya. (Foto: Journal)
Mungkin, saudara pernah mendengar dialog antara seorang mahasiswa “ilmu pengetahuan alam” (fisika), dengan seorang Bapak di dalam kereta api di Prancis.
Kala sang mahasiswa memandang aneh tindakan Bapak tua yang sedang berdoa rosario.
“Maaf, ya, Bapak sedang berbuat apa, sambil berkomat – kamit?”
“Oh, saya sedang berdoa rosario.”
“Kuno itu Bapak, jika mau, mari kita belajar ilmu pengetahuan.”
“Anak muda, saya tidak menyangka bahwa berdoa itu kuno.”
Kini, Bapak tua itu akan turun dari kereta dan sedang berkemas mengambil tasnya.
“He, Bapak, berikan saya alamat Bapak. Dan andaikan suatu saat kita berjumpa lagi akan saya peragakan hebatnya ilmu fisika itu.”
Pria mahasantun itu pun dengan ramah menyodorkan selembar kartu namanya. Dan,
tertulis, “Louis Pasteur, Direktur Lembaga Ilmu Pengetahuan, Paris.”
Betapa terbelalak dan malu, serta mengucurlah keringat dingin di sekujur tubuhnya sang mahasiswa angkuh itu.
Tak diduganya, ternyata sang pria yang diremehkan dan dikhotbahinya itu adalah sang ilmuwan hebat dunia, kimiawan dan biolog asal Prancis (1822 – 1895).
Kisah bermakna ini telah menuntun kita untuk berhati-hati saat berbicara, dan tidak meremehkan serta merendahkan sesama. Hormatilah semua orang di sekitarmu dan pahami keunikan tiap-tiap orang.
Keangkuhan, justru sungguh, telah merendahkan derajat hidup kita di hadapan sesama. Betapa malu kita.
Jadilah, manusia sejati yang mau mengerti serta memahami keunikan setiap orang.
Itulah, “sikap rendah hati!”
Malang, 2 Oktober 2022
BACAAN LAIN
Memahami Bank dan Dunia Kripto Sebelum Masuk Uang Digital