Dari Mana Datangnya Kasih Sayang?

Dari Mana Datangnya Kasih Sayang ?

Penulis MAS SOEGENG Foto NN

Hari ini, 14 Februari, seharusnya Jalidin bertunangan dengan Eshal, setelah lima tahun saling mengenal. Pagi-pagi, sebelum Jalidin sampai di rumah orangtua Eshal, muncul WA dari orangtuanya. 

Tunangan batal. 

Gara-garanya, orangtua Eshal semalam mengikuti perkumpulan Pengkotbah Osmad, yang dengan keras mengutuk siapapun pasangan lelaki perempuan yang pergi bersama, bertamu bersama, dan bertunangan hingga menikah, dan menganggap mereka berzina jika tetap melakukan semua itu pada hari ini, 14 Februari, yang dikenal dengan Hari Valentine

Ada apa valentine? Tak ada yang paham. Hanya, frasa valentina dianggap bukan budaya dan adat mereka. Titik. 

Hati Jalidin patah. Lebih parah lagi, Eshal menjadi perawan tua. Sebab, menurut adat di kampung itu, seorang perempuan yang batal bertunangan atau menikah, oleh sebab apapun, dianggap telah menjadi janda seumur hidup.

Osmad–entah mengapa ia dipercaya para pendengarnya–telah memutuskan sepasang manusia yang ingin mencurahkan kasih sayang dan cinta mereka. Mereka berdua–dan orang-orang sebelum mereka–telah menjadi korban akan sebuah kebencian yang selalu dijadikan pesan khotbahnya, yang disukai para pendengarnya, sebab mereka memang tak mengenal kasih sayang. Sebab, kasih sayang tak mengenal kebencian. Dari manapun datanagnya kasih sayang,

Jalidin menyadari bahwa seseorang telah membunuhnya dengan cinta yang direnggut darinya. 

Berbeda dengan nama yang disebutkan dalam khotbah kebencian itu, seorang Santo nekad menikahkan seorang prajurit Roma sebelum berangkat perang yang secara adat sebenarnya dilarang. Ini dilakukan kerajaan agar sang prajurit bisa fokus pada musuh. Namun, Santo itu memilih menerjang larangan, dengan memberkati cinta kasih dua makhluk yang dipenuhi dengan kasih sayang itu, sebelum berangkat perang.

Santo itu tak hanya dibenci Kaisar Roma dan seluruh Istana, tapi juga dibunuh karena melanggar adat. Begitulah sejarah yang penuh luka dan kepedihan itu berasal. 

Jika sekarang nama Santo itu diperingati, makna terdalam adalah Santo Valentine lebih memilih memberi hidup kasih sayang daripada membiarkan cinta dua anak manusia patah berserakan. 

Kematiannya justru memberi kehidupan dua sosok yang sedang jatuh cinta dan menginspirasi dunia: bahwa cinta harus hidup di hati setiap manusia. Tapi, berapa banyak manusia sekarang yang setiap hari mampu menyatakan cinta kepada pasangan atau anak dan orangtua mereka?

Musuh cinta adalah kesibukan, kebencian, ketidakpedulian, membedakan satu dengan lainnya, atau aturan yang membelenggu. Di sanalah Valentine hadir mengisi kekosongan dan mengingatkan setiap orang tentang cinta dan kasih sayang.

Semangat memilih cinta kasih daripada peperangan itulah yang mestinya kita hormati sebagai kekaguman pada nilai-nilai kasih sayang yang diperjuangkan, meski itu berarti maut. 

Kasih memang senantiasa hidup dalam diam, sementara kebencian hidup dalam teriakan dan ujaran-ujaran yang dibungkus dengan agama dan adat, sebab di sana, ada orang-orang yang menyukai seseorang melantunkan kebencian pada orang yang tak mereka sukai, sebab memang mereka tak mengenal makna kasih sayang. Apalagi cinta. Setidaknya, dalam kehiduoan nyata sehari-hari.

Di rumah tetangga, sebuah lagu dilantunkan dengan penuh makna. “Cinta membuka mataku dengan keindahannya, dan membeli jiwaku dengan kehangatan jemarinya. Sementara, kebencian, seperti anjing yang tak memiliki tuan, dan selalu menggonggong, sebab ia selalu kelaparan.”

Jika Anda tahu cinta, Anda bisa menahan kelaparan, sakit hati, dan derita, sebab buah cinta dan kasih sayang, adalah kebahagiaan yang akan bertahan selamanya. Cinta hanya datang ketika kebencian dikubur di taman pemakaman yang tak memiliki nisan, sebab tak ada nama cinta di sana. 

Selamat merayakan Hari Valentine. 

LAINNYA

Rahasia Sebuah Kertas yang Membuat Greysia Polli Memperoleh Medali Emas Olimpiade

Bedanya Orang Kaya dan Orang Tidak Kaya

Investor Kripto Indonesia Mayoritas Anak Muda Transaksi Rp 2,7 triliun/ Hari

Avatar photo

About Mas Soegeng

Wartawan, Penulis, Petani, Kurator Bisnis. Karya : Cinta Putih, Si Doel Anak Sekolahan, Kereta Api Melayani Pelanggan, Piala Mitra. Seorang Crypto Enthusiast yang banyak menulis, mengamati cryptocurrency, NFT dan Metaverse, selain seorang Trader.