Dunsanak, ada yang masih ingat film serial tv jadul: “The Big Valley”?. Bagi yang masih ingat, hebat,…gih, ambil sepedanya. Bagi yang tak ingat atau belum lahir, baiklah aku ceritakan sekilas.
The Big Valley. Bersetting dunia western ketika orang-orang Eropa mencari keberuntungan di ‘dunia baru‘ yang bernama Amerika.
Tokoh utamanya adalah: seorang janda yang mengelola sebidang tanah peternakan luas peninggalan suaminya. Empat orang anak-anaknya berkarakter kuat dan berbeda-beda.
Si Sulung, seorang yang tenang, cenderung rapi dan sedang menuntut ilmu di bidang hukum. Anak ke dua, seorang yang brangasan, keras, sangat sayang kepada d anggota keluarga. Tipe yang ‘hajar dulu, urusan belakangan’. Anak ke tiga, seorang gadis cantik, kembang setempat. Dan seorang lagi: lelaki. Seorang ‘anak haram’ mendiang sang suami atau ayah dengan perempuan lain, tapi diterima tinggal di rumah peternakan itu dan disayang seperti anak-anak lain.
Suatu kali anak lelaki yang diperankan oleh Lee Major ini sedang bekerja di sebuah gudang penyimpanan jerami, peluh bercucuran, tapi wajahnya tampak bahagia.
Seorang perempuan tetangga jauh yang diam-diam naksir bertanya kepadanya:
“Apakah kau kaya?”
Si ‘Cowboy pengangkut jerami’ terdiam sejenak, lalu dgn senyum menjawab: “Aku tinggal di rumah yang hangat. Aku menyukai bahkan mencintai pekerjaanku, tubuhku sejauh ini sehat-sehat saja, aku menyayangi anggota keluarga lain, kerabat, tetangga dan yang paling penting,…mereka tampaknya juga menyayangiku. So well,…menurutku yeaaah,…aku memang orang kaya!”
Beberapa bulan dan beberapa hari lalu aku berada di tengah-tengah dua suasana yang berbeda. Yang pertama, aku berada ditengah piknik para teman lama. Mantan rekan kerja, yanag sudah pensiun dan teman-teman yang berkarya di tepat lain, tapi masih saling menyapa.
Yang kedua. Aku berada di tengah-tengah para pekerja muda dengan gairah kerja penuh. Di antara mereka ada beberapa pekerja baru yang bahkan mungkin seusia dengan anak-anakku.
Pada dua suasana itu kami semua bergembira. Aku merasa kami semua saling memberi perhatian, dukungan semangat dan saling menolong, meski tak jarang terlihat seperti saling menggoda.
Aku yang lima tahun terakhir ini jalan pun terseok-seok merasa mendapat kekuatan. Ada yang menawari untuk menuntun, memegangi ketika melangkah, menawari mengangkat barang-barang pribadi yang tampaknya tak bisa aku angkat, selalu memberiku tempat duduk, meski aku datang paling belakang (yang selalu kutolak, karena aku katakan aku sudah agak kuat) bahkan melepas-memakaikan aku sepatu atau sandal.
Aku memiliki rumah mungil yang hangat, disayang oleh keluarga, rekan-rekan kerja berbagai usia, teman-teman sanggar, teman-teman sepermainan, tubuhku berangsur pulih (sesedikit apa pun perkembangannya), aku punya hobi dan pekerjaan yang menyenangkan.
Jika ada gadis manis (seperti di serial tv The Big Valley itu, bwahahaaa) bertanya: “Apakah anda orang kaya?!”. Mungkin aku akan menyuruh si mbak penanya mengubah pertanyaanya: “Adakah aku orang yang bersyukur?!”
“Ya,…aku orang paling bersyukur atas semua karunia yg tak bisa kuingkari ini..”
Aries Tanjung