Tak ada seorangpun ingin hidup menderita. Semua orang ingin hidup bahagia.
Kebahagiaan itu tidak datang sekonyong-konyong atau jatuh dari langit, tapi harus diperjuangkan dan diusahakan. Kebahagiaan itu dimulai dari keluarga sendiri. Bahkan datang dari hati kita sendiri.
Jika ada anggapan, kebahagiaan ada juga di luaran sana, hal itu tak lebih sekadar omong kosong. Bisa jadi, kebahagiaan itu bersifat semu, palsu, pelarian, atau bersifat kesenangan semata.
Kebahagiaan itu tidak untuk dicari, tapi cerminan suasana hati kita, karena cinta Ilahi.
Coba ditelusuri dan bertanya pada diri sendiri. Apakah kita bahagia…?!
Jika belum, saatnya kita berjuang dan mengusahakannya. Kebahagiaan itu ada di dekat kita. Ada di dalam keluarga kita sendiri.
Untuk hidup bahagia itu sejatinya tidak sulit, juga bukan hal yang rumit. Kita dapat menemukan dan merasakan dari hal-hal yang kecil, remeh, dan sederhana.
Kebahagian itu ungkapan perhatian kasih pada keluarga. Kasih yang diungkap lewat kata, sikap, dan keseharian kita. Sekaligus sebagai perwujudan janji pernikahan dan komitmen bersama untuk saling mensejahterakan dan membahagiakan.
Bahagia itu juga tidak berarti hidup tanpa permasalahan. Tapi kita ajak belajar hidup untuk saling melengkapi, mengisi, dan memahami satu dengan yang lain.
Dengan mengedepankan kasih untuk saling mengalah, menghargai & menghormati, maka tak ada masalah yang tidak terselesaikan dengan baik. Meminimalisasi konflik adalah faktor terpenting untuk membangun keluarga sejahtera dan bahagia.
Bahagia adalah ungkapan syukur kita kepada Allah. (MR)