Perang Yang Tak Pernah Selesai

Perang Yang Tak Pernah Selesai

Perang Rusia-Ukrania meski masih berlangsung, namun tak akan lama. Jika salah satu pihak merasa habis-habisan, atau ada pihak ketiga mampu menghentikan, keduanya akan bisa damai dan perang selesai. 

Tapi perang kata-kata antara Pro Jokowi dan Pro Prabowo/ Anies tak akan selesai kapanpun karena kebencian terbenam dalam jiwa-jiwa mereka. Mereka benci jagoan mereka Prabowo kalah dengan Jokowi. Kini mereka pindah jagoan untuk sekedar terus memenci.

Untuk diketahui, pro Anies ini sebenarnya mereka yang pindah dari Pro Prabowo karena Prabowo telah pindah ke Jokowi ketika bersedia diangkat menjadi Menteri Pertahanan Republik Indonesia. Mantan Pro Prabowo, lalu mencari sosok yang dianggap bisa melawan Jokowi. Pilihan jatuh pada Anies, tatkala Anies sudah akan selesai masa jabatan Gubernur DKI dan ia tampaknya berambisi menjadi Presiden. Tak peduli ia gagal membangun Jakarta, yang ditinggalkan Ahok dalam kondisi baik. 

Tapi, mengapa Pro Anies sekarang terus melawan Jokowi ? Mereka belum bisa move on. Mereka sekedar mencurahkan kebencian. Mereka tak peduli Jokowi berhasil mendudukkan Indonesia sejajar dengan negara digdaya dunia lainnya. Lihat saja ketika Jokowi disanjung para pemimpin negara besar seperti Amerika, Prancis, Rusia, China maupun Inggris. Nyaris belum ada pemimpin Asia yang berdiri sejajar bahkan dikagumi banyak pemimpin negara. Sama tak pedulinya apakah Anis bisa bekerja atau tidak. Mereka juga tak peduli, meski nanti jagoan mereka Anies didukung ormas terlarang seperti FPI.

dan menyerang Jokowi. 

Yang menyedihkan, orang-orang yang menyerang Jokowi ini membela sesuatu yang absurb yang tak akan mengubah nasib kehidupan mereka. Mereka membenci Jokowi karena pemimpin yang mereka bela kalah. Jadi, andaipun di Indonesia, seorang presiden diperbolehkan dipilih setiap 5 tahun berkali-kali, maka mereka ini akan menjadi kelompok pembenci abadi, sampai mereka mati. 

Baik Pro Jokowi maupun Pro Anies terus akan melakukan perang kata-kata,serangan kebencian terhadap satu sama lain. Terutama saat para pemimpin yang mereka dukung itu sedang berkarya atau maju sebagai calon pemimpin.

Event Kebencian

Ada dua event yang hampir sama yang dilakukan baik Pemerintah Pusat atas nama Jokowi dan oleh Pemerintah Daerah atas nama Anies. Baik MotoGP maupun Formula E. Sementara mereka melakukan adu balap, para penggembira, baik pro Jokowi maupun Pro Anis, sama-sama melakukan balap ejekan. 

Baik soal atap tribun yang jatuh sendiri, soal tiket yang diborong sendiri, bahkan soal pawang menjadi bulan-bulannan keduanya. Padahal kedua balap ini demi Indonesia. Saya tidak tahu apakah mereka memperoleh kepuasan bathin dengan mencurahkan kebencian mereka atau sebaliknya. 

Namun tampak sekali bahwa kedua pihak ini sebenarnya orang-orang yang layak dikasihani. Mereka bukan hanya seperti anak kecil berebut permen yang jatuh, tapi mereka ini tidak tahu mendukung orang baik atau sebaliknya. Mereka tak tahu mendukung orang baik atau orang buruk. Dan kalau sudah begini, rasa kebencian itu tak bisa disembuhkan kecuali dengan kematian. Sebelum mati itu, mereka mencari orang-orang yang akan dibela untuk membenci Jokowi, betapapun buruknya orang itu, 

Saya jarang membuat status tentang keduanya dalam Twitter. Sepekan lalu, Rizal Ramli yang memiliki kebiasaan menjelekkan Jokowi dan Indonesia, membuat status yang menampilkan foto Presiden Joko Widodo yang tidak layak dilakukan seorang normal maupun orang yang pernah menjadi pejabat. Presiden dijadikan olok-olok.

Saya mengingatkan saudara Rizal sampai kapan dia sebagai orang tua, akan terus menjelekkan dan menyerang pemimpin negara ini. Saya tak pernah  menyangkan bahwa dalam hitungan detik, ribuah pengikutnya menyerang saya dengan membabi buta. 

Sejak itu saya menghindar mengomentari hal yang berkaitan dengan orang-orang yang membenci Jokowi, karena kebencian yang begitu besar bisa mempengaruhi emosi orang. Seperti para pembenci Jokowi yang hidup penuh kebencian itu. Mereka tak bisa membedakan hal paling sederhana; bedanya memberi nasihata dan menyerang.

Bahkan jika saya mengkritik Pak Jokowipun, maka serangan yang sama akan dilakukan meski dengan jumlah yang sedikit, yakni jumlah yang emosional.

Ini adalah perang kata-kata, perang kebencian yang rasanya sulit berhenti. Entah sampai kapan. Mungkin sampai nanti, para pembenci itu mengalami sebuah kehidupan yang gelap yang membuat mereka sadar. Atau mati pelan-pelan dalam kebencian…

Bedanya Orang Kaya dan Orang Tidak Kaya

Obituari Sirikit Syah (1960 – 2022)

Klithih’, Antara Kenakalan Remaja dan Proses Rekrutmen

Avatar photo

About Mas Soegeng

Wartawan, Penulis, Petani, Kurator Bisnis. Karya : Cinta Putih, Si Doel Anak Sekolahan, Kereta Api Melayani Pelanggan, Piala Mitra. Seorang Crypto Enthusiast yang banyak menulis, mengamati cryptocurrency, NFT dan Metaverse, selain seorang Trader.