Catatan Jakarta 16 Oktober

Catatan Jakarta 16 Oktober

Kebencian lahir, sesudah manusia melihat perbedaan. Kain membunuh Habel karena Allah dianggap membuat perbedaan. Mengapa persembahan Habel diterima, dia tidak. Matilah Habel. Perbedaan membuat iri, melahirkan kebencian. Kebencian jika mampu direda memperoleh keikhlasan. Jika tidak, melahirkan pembunuhan. Minimal ketidaksukaan.

Sayangnya, kebencian itu seperti corona yang mampu membuat orang sepandai apapun, menjadi oto bloon. Sayangnya pula virus itu gampang menyerang kelompok atau sekumpulan manusia yang memiliki musuh bersama. Hanya pemilik otak cerdas mampu menguburkan kebencian. 

Awal Kebencian: Politik

Tahun 2004 Joko Widodo digadang-gadang jadi presiden yang disponsori PDIP. Adalah Setiyardi Budiono dan Darmawan Supriyoso, penulis Tabloid Obor Rakyat yang memulai black campaign. Menjatuhkan Jokowi dengan data palsu alias hoax. 

Inti konten hoax adalah kebencian. Obor Rakyat menjadi media utama penyebar kebencian di kemudian hari. Meski media itu kemudian mati sendiri, tak ada yang menangisi. Itu nasib media yang dilahirkan untuk menyebarkan kebencian.

Sejak itu, yang tak disadari, media penyebar kebencian, memiliki kepercayaan oleh mereka yang membaca tanpa mengasah otak atau membuka wikipedia. Dasarnya adalah tidak suka.

Ahok Dijatuhkan: Penista 

Saat Ahok Basuki Cahaya Purnama mencalonkan Pilgub DKI kedua kali, seorang jurnalis Eep Saefulaf Fatoh memberi ide kepada Anies Baswedan yang dijiplak dari daerah peperangan agama; untuk menaklukkan musuh bersama lakukan kampanye keagamaan dari mesjid ke mesjid. Berhasil. Masjid mulai menjadi pusat penyebaran agenda politik selain untuk mengagungkan aswa Allah.

Ahok jatuh-sejatuh-sejatuhnya. Tak hanya kehilangan mahkota gubernur, Ahok juga dijebloskan ke bui dengan dakwaan penistaan agama. 

Ibukota memperoleh pengganti seorang pejabat yang dipecat Presiden Jokowi karena tidak becus dan persoalan sensitif. Anies memimpin Ibukota Jakarta dengan sejuta masalah pembangunan dan masalah sensitif pula: penggunaan uang yang layak dicurigai dan diperiksa KPK. 

Periode Kebencian

Periode Gubernur Anies Baswedan juga dicatat sebagai periode kebencian terhadap Gubernur yang dibikin kosakata baru : ga-bener karena ketidakbecusan. Padahal, itu keputusan pemilihan mayoritas warga jakarta pro Anies 58% dan Ahok 42%. Yang 42% ini kemudian memilih membenci Anies. Bukan karena mengalahkan Ahok. Melainkan karena tidak mampu membanggakan Ibukota.

Kemarin, 16 Oktober 2022, adalah hari terakhir Anies menjabat Gubernur dengan catatan: banyak proyek, minim prestasi. Anies kembali menjadi manusia biasa, tanpa jabatan. Jika dalam kondisi sseperti ini masih ada yang membencinya, orang itu perlu diperiksa ke Puskesmas. 

Tapi jika yang membenci itu berkaitan dengan Anies sebagai CaPres, orang itu masih waras. 

Mereka masih menyimpan rekam jejak seorang pemimpin dengan banyak proyek, nihil prestasi. Warga Jakarta mencatat itu dengan baik….

BACAAN LAIN

Jokowi Tunjuk Jadi Pj. Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono Gantikan Anies Baswedan 

Hasil Survei NSN Atas Kinerja Anies Baswedan

Saat DPRD DKI Resmi Usulkan Anies Diberhentikan Jadi Trending Topik

Avatar photo

About Mas Soegeng

Wartawan, Penulis, Petani, Kurator Bisnis. Karya : Cinta Putih, Si Doel Anak Sekolahan, Kereta Api Melayani Pelanggan, Piala Mitra. Seorang Crypto Enthusiast yang banyak menulis, mengamati cryptocurrency, NFT dan Metaverse, selain seorang Trader.