Foto : Dariusz Sanlowski / Pixabay
Kita tidak tahu kapan dan kepada siapa cinta ini akan berlabuh. Yang harus disadari, ketika sendirian itu tidak perlu mengeluh. Saat cinta datang itu tidak perlu gaduh. Begitu pula, saat cinta pergi lagi kita tidak perlu sakit dan mengaduh.
Cinta itu serupa udara. Jika suka, wanginya boleh kita hirup. Jika menyakiti, kita bisa hembuskan dan membuangnya ke laut.
—
Ada suara yang tidak menggunakan kata-kata, ialah cinta yang lahir dari jiwa. Diam, tapi sangat riuh terdengar. Bercakap, tapi sungguh senyap.
Dalam sunyi yang semarak. Cinta gaduh berteriak.
—
Jangan membeli pertemanan hanya demi eksis dalam sebuah komunitas dan pergaulan. Mereka menghargai selagi kau mampu menyuplai segala kebutuhan. Tapi segera meninggalkanmu, ketika keuanganmu mandul.
Taklukkan duniamu dengan kekuatan pikiranmu, bukan dengan uangmu.
—
Kesengsaraan, penindasan, dan ketidakadilan mempersiapkan kita untuk menghargai kebebasan dan kebahagiaan. Ketika kita melakukan pergeseran dalam hidup untuk bahagia, mensyukuri apa yang kita miliki, dan tidak fokus pada kekurangan dan keterbatasan, berarti kita akan membuka pintu untuk hidup yang jauh lebih nyaman dan penuh tujuan.
—
Tidak dipungkiri bahwa ada nilai besar yang datang dari keindahan luar. Tapi untuk jadi indah luar dalam, kita harus memiliki lebih dari sekadar cangkang. Kebaikan, semangat, bagaimana kita memperlakukan orang lain, apa yang kita pikirkan, pastikan berasal dari jiwa yang tulus dan kasih yang mendalam.
Sebab, Siapa diri kita secara internal adalah penanda pengaruh kita terhadap dunia luar.
—
Ketika keheningan telah mampu membuat hidup jadi gegap gempita, maka dunia dan kata-kata tidak lagi dibutuhkan.
—
Barangkali saat ini kita tengah disibukkan dengan keinginan-keinginan yang tidak vital. Tapi ada saatnya nanti semua jadi terbalik, bisa tidur nyenyak adalah hal terbaik.