Kehausan Kasih dan Kelaparan Cinta – Menulis Kehidupan 203

Foto : Quang Nguyen Vinh / Pixabay

Kasih sayang dan cinta dialami dan dipelajari secara kodrati dari orangtua. Dan semua manusia membutuhkan kasih sayang dan cinta dari sesama, lalu diamanatkan alam semesta untuk membagi kasih sayang dan memberi cinta kepada sesama.

Berbeda dengan pengalaman anak yatim piatu serta yang bernasib malang karena cacat – difabel, lalu menghuni panti sosoal atau yang terlantar di berbagai tempat. Merenungkan nasib malang itu, juga melanjutkan refleksi edisi kemaren 202, maka saya menuliskan dalam sajak:

Surat Jawaban  Buih ombak – untuk Anak Yatim Piatu

Kulihat anak yatim itu
duduk di batu karang
sambil kakinya dibelai ombak
Lalu
dari buih yang pecah di pasir
dibentangkan selembar tulisan alam
Surat balasan untuk si yatim piatu nestapa
yang dititipkan ke senja
dan dibawa ke samudera

“Telah kami cari ke semua lantai pulau dan benua
Namun jejak langkah ayahmu
tidak ada yang tersisa
Ribuan jejak telah menumpuk
dan tidak dikenali lagi
Kepada uap ke langit
telah dipesan kabar ini
Jika akan turun hujan
tolong carikan jejak ayahmu
Mungkin ada di gunung
Mungkin di hutan belantara
Mungkin di dusun udik
Mungkin di kebun ladang
Mungkin di kampung tua
Mungkin di desa tertinggal
Mungkin di pemukiman baru
Atau di kota atau metropolitan
Nanti
jika ditemukan jejaknya
atau ada kabar berita
Maka akan dititip ke air
yang mengalir menyusuri sungai
lalu berkumpul ke muara
dan menjumpai samudera di pantai
Pasti akan dikabarkan padamu…”

Anak yatim piatu diam
menyimpan pesan buih ombak
Lalu gontai melangkah pulang
dengan tekad dalam hatinya
Akan datang ke pantai
setiap kali ada hujan
atau
membangun pondok harapan
di atas hamparan pasir
agar setiap hari bisa bertemu ombak
mendapat berita tentang ayahnya
Apakah masih ada dimana
ataukah sudah tak bernyawa
dan hanya ada pusara

Goresan luka damba jiwa
Nyeri rindu dalam hatinya
tak mampu dihanyutkan pergi
meski senja perlahan sirna
masuk ke peraduan samudera
Meninggalnya Ibu dan hilang ayah
tanpa ada kabar berita
Adalah luka tak terobati
dan perih yang abadi
Entah sampai kapan nanti
bisa dapat jawaban pasti
meski hanya jumpai pusara
Ataukah sudah takdir Ilahi
dan nanti dibawa mati
nyeri dalam hati sanubari
luka dalam jiwa sepi

Simply da Flores Harmony Institute

Merenungkan Asmara dan Kasih Sayang – Menulis Kehidupan 193