Hidup itu pilihan, tapi ada kalanya kita tidak bisa memilih. Misalnya, kita ingin mimpi yang indah. Bahkan kita juga tidak bisa menolak kehendak Allah atas hidup kita.
Hal itu tidak sekali dua saya alami, tapi sering kali. Saya tidak mampu menolak, berontak, dan lepas dari jerat kasih-Nya.
Sesungguh-sungguhnya, saya percaya dan ainul yakin, bahwa hal baik dan benar selalu temukan jalannya. Sehingga siapapun yang hendak manfaatkan, bengkokkan niat dan tujuan baik, atau bahkan celakakan hidup kita, ditunjukkan oleh Allah. Dan kita dijauhkan dari yang jahat.
Resepnya juga sangat sederhana. Mantapkan hati ini pada niat dan tujuan baik itu, lalu serahkan dan percayakan semua itu pada Allah. Karena kerendahan hati membuka pintu anugerah-Nya. Dan jangan kaget, jika orang yang berniat buruk pada kita jadi tampak nyata dan jelas. Orang yang berkamuflase akan dibukakan topengnya agar kita tidak celaka.
Saya jadi ingat pengalaman seorang sahabat, KC yang mengindap kanker gelenjar getah bening. Pengobatan medis maupun tradisional telah dicoba dan diusahakan, bahkan berobat hingga ke China. Tapi sakitnya tidak kunjung sembuh.
Suatu malam, seperti biasa KC menelepon saya. Tapi, malam itu terasa aneh, ketika ia menitipkan anak-anaknya pada saya. “Tolong bimbing anak-anak saya,” pintanya dari negeri seberang.
Saya menyanggupi dan meminta ia tidak banyak pikiran agar tidak membebani jiwanya, tapi ikhlas dan berserah pada Allah. Ternyata itu wasiat terakhirnya agar saya tidak melupakan perseduluran dengan keluarganya.
Begitu pula dengan TH yang gagal ginjal dan setia menjalani cuci darah. Tanpa mengeluh, sambat, apalagi menyalahkan keadaan. Padahal TH menjalani cuci darah hampir 5 tahun ini. Tidak hanya butuh biaya besar, beban hidup yang makin berat, tapi juga harus miliki hati ekstra sabar.
“Dijalani dan dinikmati saja, Mas. Urip mung sakdermo nglampahi,” kata TH enteng, dan tanpa beban. Karena ikhlas dan percaya, ia sendiri juga tidak tahu datangnya rezeki. Bahkan ia juga tidak menanyakan harus berapa lama lagi menjalani semua itu.
“Mohon doa ikhlas agar saya kuat menjalani ini, Mas,” katanya, ketika saya mengunjungi TH. Bagi TH, boleh menjalani penderitaan bersama Yesus adalah kehormatan dan kebahagiaannya.
Jujur sejujurnya, saya diizinkan untuk mendengar dan melihat dengan hati makna hidup ini suatu karunia yang luar biasa. Bahwa, susungguhnya Allah tidak menghendaki umat-Nya hidup menderita, tapi bahagia.
Jawaban hidup bahagia itu ada pada diri sendiri, maukah kita hidup bermakna bagi sesama, dan jadi kepanjangan tangan Allah?
Foto : Minh Thai Le/Pixabay
Jika Memang Kehendak-Nya, Papaku Pasti Sembuh – Catatan halaman 158