Kekuatan Bahasa Indonesia Kita

Bahasa Indonesia menjadi bahasa persatuan di antara suku suku Papua . Karena di pulau paling timur Nusntara ini ada 400an bahasa dari suku dan wilayah yang berbeda.

Oleh DIMAS SUPRIYANTO

DALAM salahsatu ceramahnya di Kantor Harian ‘Kompas’, sastrawan dan wartawan senior Goenawan Mohamad mengungkapkan keunggulan bahasa Indonesia, selain sebagai bahasa resmi, bahasa nasional dan bahasa persatuan kita.

Di Tanah Papua, kata GM – sastrawan pendiri majalah ‘TEMPO‘ ini – bahasa Indonesia juga menjadi ‘bahasa persatuan antar suku’ di pulau besar ujung Timur Indonesia itu. Sebab, ada 400an suku berdiam di Papua, dengan bahasa yang berbeda beda dan bumi Papua tak punya bahasa persatuan, sehingga ada kesulitan berkomunikasi antara suku satu dengan yang lainnya – yang membentang dari kabupaten Fak Fak hingga Merauke.

Rekan penulis Fanny Jonathan Poyk yang asal dari Pulau Rote, NTT, menyatakan di pulau kelahirannya ada begitu banyak bahasa, dimana tidak semua warga satu daerah tahu bahasa daerah, meski sama sama Flores. Dilansir dari peta petabahasa.kemdikbud.go.id, NTT memiliki 72 bahasa daerah. 25 diantaranya berasal dari Kabupaten Alor.

Selama ini, mereka sangat terbantu dengan adanya bahasa Indoensia. Sebab semua orang Indonesia wajib mampu berbahasa Indonesia, sehingga warga di Papua – kanak kanak, remaja dan dewasa belajar hingga menggunakan serta saling berkomunikasi dengan sesamanya dengan bahasa Indonesia.

Dengan demikian, bahasa Indonesia adalah bahasa yang sangat kuat. Menjangkau 260 juta penutur, yang merekatkan ikatan 1.340 suku bangsa, aksen daerah, warna kulit, dan latar belakang budaya.

Berdasarkan data dari petabahasa.kemdikbud.go.id, Indonesia memiliki 718 bahasa daerah.

Orang Aceh, Minang, Jawa, Kalimantan, Sulawesi Ambon, hingga Papua bisa santai bicara dan lancar berkomunikasi dengan bahasa Indonesia. Juga warga keturunan Arab, India dan Tionghoa.

Dibandingkan dengan Bahasa Melayu, yang menjadi bahasa resmi di Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam, masih kalah dengan bahasa Indonesia. Bukan hanya dari jumlah penutur – namun juga dari penggunaan dan penghayatan pemakainya.

Faktanya, lebih banyak orang Melayu Malaysia terdidik yang lebih suka berbahasa Inggris; merasa lebih bergengsi berbahasa Inggris – ketimbang cakap Melayu. Itu bukan rahasia lagi. Warga ras China di Malaysia tetap bicara dalam bahasa China dengan sesamanya. Juga Indianya. Beda dengan keturunan Cina dan Arab Surabaya atau Banyumas, yang asyik “jancok jancokan” dan “ngapak” dengan sesamanya.

Beberapa waktu lalu Perdana Menteri Malaysia Dato’ Sri Ismail Sabri Yaakob, dalam kunjungannya ke Indonesia, memberikan pernyataan tentang bahasa Melayu sebagai bahasa perantara antara kedua kepala negara, serta mengajak dan mendorong agar Bahasa Melayu menjadi bahasa resmi ASEAN.

Mendikbud Ristek kita, Nadiem Makarim langsung menolak. Justru Nadiem menginginkan bahasa Indonesia lah yang jadi bahasa resmi ASEAN.

Saya setuju. Kita lebih PD (percaya diri) mengajukan Bahasa Indoensia sebagai bahasa pengantar resmi ASEAN, sebab, tingkat kesalingpahaman atau “mutual intelligibility” bahasa Indonesia jauh lebih tinggi dibandingkan bahasa Melayu.

Di Indonesia bahasa Melayu hanya salahsatu bahasa daerah, di antara ratusan bahasa daerah yang kita punya. Melayu biasa digunakan di sebagian Sumatera dan Kalimantan.

Dalam perkembanganya kini, Bahasa Indonesia memiliki kosakata yang lebih banyak dan lebih kaya, karena diperkaya oleh ratusan bahasa daerah yang tersebar di seluruh tanah air.

“Saya imbau seluruh masyarakat bahu membahu dengan pemerintah untuk terus berdayakan dan bela bahasa Indonesia,” jelas Nadiem seperti dikutip dari situs Kemendikbud Ristek.
Bandingkan dengan kosakata bahasa Melayu yang lebih banyak menyerap bahasa Inggris. Selain itu, Bahasa Indonesia sudah dikembangkan menjadi bahasa ilmu dan teknologi. Sedangkan bahasa Melayu tidak.

Bahasa Indonesia telah dipelajari di 47 negara dengan 428 lembaga penyelenggara Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA). Bahasa Indonesia juga dijadikan sebagai mata kuliah di beberapa universitas kelas dunia Eropa, Amerika Serikat, dan Australia, serta di beberapa perguruan tinggi terkemuka di Asia.

Orang asing yang mempelajari (kuliah dan kursus) bahasa Indonesia berjumlah 142.484 orang, tersebar di wilayah Amerika, Asia Tenggara, Asia Pasifik dan Afrika.

Bahasa Indonesia telah disiapkan menjadi bahasa internasional, sesuai dengan amanat UU No. 24 Tahun 2009 .
Menteri Nadim menambahkan, “Bahasa Indonesia lebih layak untuk dikedepankan dengan mempertimbangkan keunggulan historis, hukum, dan linguistik”.

Saya silap melewatkan 28 Oktober sebagai Hari Sumpah Pemuda, dimana satu sumpah terpentingnya diucapkan, “Menjunjung Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia” – selain “Bertanah Air Satu dan Berbangsa Satu” – yaitu “Bangsa Indonesia”.

Sastrawan Goenawan Mohamad menyatakan betapa efektifnya bahasa Indonesia. Cukup dengan satu bahasa, pengumuman di bandara bisa diketahui oleh semua penumpang yang paham berbahasa Indonesia.

Bandingkan dengan Malaysia dan India yang mempunyai tiga hingga empat bahasa resmi. Di Belgia, sampai saat ini masih ada perebutan bahasa di antara Flames dan Prancis.

Bahasa Indonesia adalah Karunia, tumbuh dari bahasa minoritas yang menjadi alat komunikasi bahasa mayoritas, kata Goenawan Mohamad. Peran penting bahasa Indonesia, selain sebagai alat komunikasi, juga alat untuk mempermudah pergaulan, tranfer pengetahuan dan juga ekspresi, kata GM.

Salam Sumpah Pemuda untuk semua!

Avatar photo

About Supriyanto Martosuwito

Menjadi jurnalis di media perkotaan, sejak 1984, reporter hingga 1992, Redpel majalah/tabloid Film hingga 2002, Pemred majalah wanita Prodo, Pemred portal IndonesiaSelebriti.com. Sejak 2004, kembali ke Pos Kota grup, hingga 2020. Kini mengelola Seide.id.