Sebuah truk membawa bahan pokok dan bahan bakar dari Israel memasuki Jalur Gaza. Lalu lalang kendaraan itu menghasilkan uang cukai puluhan juta dollar bagi Hamas .
MESKI resminya dalam kondisi perang, Hamas mampu mengumpulkan puluhan juta dolar per bulannya dalam bentuk pajak dan bea cukai di perbatasan kota Rafah, guna mendanai pemerintahan dan memperkuat persenjataan.
Setiap bulannya, ratusan truk penuh muatan bahan bakar, semen, dan barang lainnya melintasi wilayah tak bertuan di antara Mesir dan Jalur Gaza. Aktivitas ini dinilai membuat Hamas lebih kuat.
Penguasa resmi Palestina ini mendapat banyak pemasukan. Dari pajak bahan bakar dan tembakau, diperkirakan mencapai $30 juta per bulan. Dana ini membantu mereka menjalankan pemerintahan dan memperkuat persenjataan.
Bahwa ini terjadi dengan persetujuan diam-diam Israel yang menganggap Hamas sebagai kelompok teroris, mungkin terdengar mengejutkan. Israel mengatakan pihaknya bekerja sama dengan Mesir dalam mengawasi Rafah dengan imbalan adanya ketenangan di daerah itu.
Pembukaan jalur penyeberangan ini ”merupakan kepentingan bersama bagi semua pihak untuk memastikan jalur kehidupan bagi Hamas yang akan memungkinkannya menjaga ketenangan di Gaza dan mencegah terjadinya (serangan) ledakan,” kata Mohammed Abu Jayyab, ekonom dan pemimpin redaksi sebuah harian bisnis di Gaza.
Namun tidak hanya itu. Setelah berhasil bertahan melewati 4 peperangan dan blokade hampir 15 tahun lamanya, Hamas tampaknya menjadi lebih tangguh. Israel pun harus menerima bahwa musuh bebuyutannya ini sepertinya tidak akan pergi ke mana-mana dalam waktu dekat.
Israel secara luas juga telah menerima kekuasaan Hamas di Gaza, karena invasi yang berkepanjangan akan menjadi terlalu mahal.
”Hamas tetap pada posisinya dan pemerintah Israel membuat banyak kompromi” setelah eskalasi konflik pada Mei lalu, kata Omar Shaban, analis politik yang berbasis di Gaza. ”Hamas memang keras kepala.”
Setelah Hamas merebut kekuasaan dari Otoritas Palestina tahun 2007, Israel dan Mesir memberlakukan blokade untuk menghukum kelompok ini. Otoritas Palestina kini memerintah secara terbatas di Tepi Barat. Akibat blokade tersebut, kegiatan penyelundupan lewat terowongan pun bermunculan di dan sekitar Rafah. Hamas diperkirakan telah memungut pajak atas barang-barang yang dibawa masuk tersebut.
Rami Abu Rish, direktur pelaksana penyeberangan di Kementerian Ekonomi yang dikelola Hamas, bertugas mengawasi pengumpulan pajak dari terowongan-terowongan ini. Ia mengatakan pihak berwenang memperoleh tidak lebih dari US$1 juta sebulan atau sekitar Rp14,4 miliar dari penyeberangan Israel dan sekitar $6 juta dari Rafah. Tapi Kementerian Keuangan Otoritas Palestina menyebut bahwa Hamas kemungkinan meraup sebanyak $30 juta per bulan, terutama dari pajak bahan bakar dan tembakau yang masuk lewat Rafah.
Seorang importir rokok di Gaza yang juga menolak untuk disebutkan namanya karena takut bisnisnya terganggu mengatakan setiap bulannya ada sekelompok kecil pedagang yang mengimpor 9.000 hingga 15.000 peti rokok melalui Rafah.
Hamas mengenakan biaya $1.000 hingga $2.000 per peti, itu saja akan menghasilkan rata-rata $18 juta. Abu Jayyab, ekonom Gaza, memperkirakan Hamas menghasilkan hingga $27 juta per bulannya, di luar pajak dan bea cukai yang dibayarkan untuk semen dan bahan bakar.
Selama ini, Israel memang secara resmi menolak mengadakan perundingan dengan Hamas. Namun selama dekade terakhir Israel telah merundingkan serangkaian gencatan senjata informal lewat mediatornya yakni Mesir, Qatar, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Israel setuju mengurangi blokade mereka dengan imbalan adanya ketenangan di jalur Gaza.
selanjutnya, Israel mengizinkan…