Keluarga Cemara itu Warisan Arswendo Tiada Tara (1)

Keluarga Cemara dalam dua versi: sinetron (kiri) dn film layar lebar (kanan)

Oleh Setio Boedi

Arswendo Atmowiloto (AA) adalah seorang jurnalis sekaligus pengarang besar Indonesia. Dia sudah tutup usia pada 19 Juli 2019, dua tahun lalu. Meski  telah berpulang beberapa tahun lalu, tapi namanya tak lekas hilang dalam ingatan.  AA meninggalkan jejak harum dalam hidupnya, bahkan banyak warisan berharga yang ditinggalkannya kepada masyarakat Indonesia.

Sebut saja puluhan karya-karya tulisnya. Baik fiksi maupun  nonfiksi.Bagi penikmat karya sastra Indonesia, pasti mengenal karya-karya AA. Entah cerita pendek ataupun panjang. Sekitar lima dekade (1970-an hingga 2019) dia sangat produktif menulis.

Ada cerita anak-anak/remaja (kerap kali  dibukukan setelah  muncul di halaman majalah HAI, mingguan remaja yang saat itu dikomandaninya),  ada kumpulan cerpen, novelet, novel (banyak yang best seller), naskah  sandiwara maupun skenario drama TV  ataupun film (seperti  Aku Cinta Indonesia, Jendela Rumah Kita, Saat-saat Kau Berbaring di Dadaku, Pacar Ketinggalan Kereta dan sebagainya).

Beberapa kali dia memperoleh penghargaan kepenulisan. Ada yang tingkat nasional maupun Internasional.Buah karya yang tak bisa disangkal selain  di atas adalah tentang piawainya dia dalam mengelola jurnalisme. Baik saat memimpin HAI, Monitor maupun divisi majalah KKG (Kelompok Kompas Gramedia) yang dipimpinnya.

Berkat dia pula, anak-anak muda saat itu bergairah mengarang (juga menulis).  Rasanya tak ada  pengarang atau penulis Indonesia yang sekarang berusia paruh baya yang tidak mengenal bukunya yang monumental, Mengarang itu Gampang. Bahkan sekeluarnya dari Cipinang (1993) atas pertanggung-jawabannya dalam kasus Monitor, dia pun mengibarkan jurnalisme kasih sayang di tabloid Bintang Indonesia. Pendeknya AA adalah The Legend kepenulisan Indonesia.

Nah, dari sekian banyak warisan karyanya itulah  ada  Keluarga Cemara (KC). KC berawal dari cerita bersambung di majalah HAI, kemudian dibukukan. Dari data ini kuperoleh di catatan halaman akhir salah satu novelnya AA yang berjudul  Projo dan Brojo (Gramedia, 2017 cetakan kedua) disampaikan bahwa  buku cerita KC pertama kali diterbitkan Gramedia pada tahun 1981.  Kemudian  cerita KC  berlanjut, bahkan sempat  menjadi pemenang kedua buku remaja Yayasan Adikarya IKAPI, 2002).

Setelah populer di media tulis, KC sejak tahun 1996 diproduksi dalam bentuk sinetron (kata  ‘sinetron’ ini pun dilahirkan oleh AA tahun 1980-an), melalui rumah produksi PT. Atmo Chademas Persada (punya AA sendiri).  Tahun 1996-2003 disiarkan di RCTI dan berlanjut di  tahun  2004-2005 disiarkan TV7. Sinetron  itu diputar ulang oleh TVRI (2018-2019) dan MNC TV (2019-2020). 

Yang menarik pemeran Emak  sempat berganti tiga kali ( Lia Waroka,  Novia Kolopaking dan Anneke Putri), sedangkan Abah sepanjang serial diperankan oleh (Alm) Adi Kurdi.

Salah satu alasan  yang membuat sinetron KC digemari, adalah konflik di sana diangkat dari masalah keseharian, masalah riil dalam keluarga yang diselesaikan  dengan gaya  kekhasan AA. Yakni dengan nilai kehidupan luhur yang disampaikan  ringan, lugas, kadang lucu dan mengharukan.  

Dalam beberapa kali kesempatan AA menyampaikan bahwa dia sangat mengagumi serial Amerika, Little House on The Praire. Bisa jadi  Little House ini banyak memberi inspirasi dalam proses kreatifnya. Melalui sinetron ini pula,  lagu tema Harta Berharga (Karya AA dan Harry Tjahjono) populer dan akrab di telinga masyarakat sampai sekarang. (bersambung)*

Penulis adalah pemerhati seni pop. Tinggal di Kota Semarang.

Avatar photo

About Supriyanto Martosuwito

Menjadi jurnalis di media perkotaan, sejak 1984, reporter hingga 1992, Redpel majalah/tabloid Film hingga 2002, Pemred majalah wanita Prodo, Pemred portal IndonesiaSelebriti.com. Sejak 2004, kembali ke Pos Kota grup, hingga 2020. Kini mengelola Seide.id.