Keluarga Cemara itu Warisan Arswendo Tiada Tara (2)

Keluarga Cemara, dari sinetron teve menjadi film layar perak di bioskop.

Oleh Setio Boedi *

Ternyata  Keluarga Cenara (KC ) tidak berhenti di layar kaca, dia berlanjut ke layar lebar. Tahun 2018 lalu,    Visinema Pictures memproduksi film KC (dirilis 3 Januari 2019).

Film KC ini (selanjutnya disebut KC-1) menggaet Ringgo Agus Rahman sebagai Abah, Nirina Zubir (Emak), Zara JKT48 (Euis) dan Widuri Putri Sasono (Cemara).

Yang menonton KC-1 tentu setuju bahwa seperti sinetronnya, KC-1  tetap masih menjadi oase di tengah teriknya kehidupan keluarga postmo.

Pada beberapa ‘tikungan’ dialog, penonton diaduk emosinya kayak naik roller coaster. Kadang naik, tapi mendadak bisa turun tajam.Lihatlah saat Abah pusing dengan urusan keluarganya. Dalam tekanan hidup yang tinggi, dia memarahi Euis.  Menyalahkan diri sendiri.

“Semua salah Abah… semua salah Abah…” teriaknya. Penonton mbrebes. “Semua kalian seharusnya menjadi tanggung jawab Abah….” Sambil memandang ke semua anggota keluarganya dia mengulang, ” semua harusnya menjadi tanggung jawab Abah!”

Euis menatap lurus. Di tengah tangisnya dia bertanya, “Kalau semua menjadi tanggung jawab Abah, lalu Abah menjadi tanggung jawab siapa?” Penonton tertawa. Di tengah nyesek mereka.

Di KC-1, skenario tidak dikerjakan oleh AA tapi oleh duet Ginatri S. Noer dan Yandy Laurens. Nama terakhir ini pula yang menjadi Sutradara.  Tapi meski demikian,  saat pertama kali aku nonton di Semarang (6 Januari 2019) tampak penulis dan sutradara sudah senada dengan pemilik resmi ide tontonan drama keluarga legendaris ini. Dialog-dialognya sudah bergaya seperti KC ori. Alias style AA. 

Beberapa bulan sebelum rilis, AA pernah menyatakan bahwa kalaupun permasalahannya berbeda, tapi nilai-nilai  yang diangkat tetap sama.Dan di KC-1, nilai kehidupan yang dikibarkan adalah tentang kejujuran dan rasa syukur.

Baik pun sinetron maupun film, cerita Keluarga Cemara sama sama mengangkat nilai kejujuran dan kesederhanaan.

KC-1 adalah KC zaman now, Abahnya tidak lagi nggenjot becak tetapi jadi pengemudi ojol. Tentu ada kerja sama dengan perusahaan ini, meminjam istilah AA beberapa tahun lalu di tabloid Monitor, inilah  disebut ‘iklan terselubung’.  

Wajar dalam sebuah produksi karya seni,  bukankah bikin  film  butuh biaya tak sedikit kan? Yang terutama pesan-pesan mulia dalam berkeluarga bisa tersampaikan kepada keluarga-keluarga di Indonesia. 

Bagiku salah satu yang menarik  dari film KC-1 adalah tidak mengekspose agama apa yang dianut oleh KC.   Dan penonton tidak peduli. Tetap puas serta mengacungkan jempol buat film ini.

Diakui atau tidak KC menjadi ikon keluarga-keluarga di Nusantara. Tontonan ini mau tidak mau mengingatkanku dengan tayangan TV masa lalu yang bertemakan keluarga. Yang mendidik  dengan nilai-nilai kehidupan mulia. Sebut saja:
Little House on The Praire (TVRI, Minggu Siang 1980an) – Keluarga Marlia Hardi (TVRI, Sabtu sore 1980an) – Rumah Masa Depan (TVRI, Minggu siang 1980an) – Losmen (TVRI, 1987-an) – Jendela Rumah Kita (TVRI, 1988-an) – Si Doel Anak Sekolahan (RCTI, 1990an).

Sekarang  ini sulit mencari tontonan keluarga yang menarik dan memberi pesan mulia. 

Tapi walau demikian perlu juga kita dengar suara (Alm) Adi Kurdi. Dia pernah menyampaikan,  “Jangan pikir tidak ada orang yang nggak suka terhadap KC. Tayangan KC di TV dihentikan karena gaya hidup sederhana Abah. Itu yang mengkuatirkan produk industri!”

KC-1 adalah film keluarga yang langka untuk produk Indonesia. Dia termasuk hitungan sebagai film yang sukses beneran.  Maksudnya?  Sukses  secara komersial ( pendapatan kotor Rp. 6 miliar rupiah) juga sukses dalam FFI 2019, memenangkan dua piala Citra untuk Skenario Adaptasi Terbaik (Ginatri S. Noer dan Yandy Laurens) dan Lagu Tema Terbaik (AA dan Harry Tjahjono). Tidak banyak film yang bisa sukses dalam dua sisi, komersial dan festival.

Dua tahun lalu, di laman salah satu media sosialku,  baru beberapa hari launching, aku sudah menduga bahwa film ini akan ada suquelnya karena melihat kualitas dan respon penonton. Dengan bercanda  aku tulis, “Bisa jadi kalau film ini bisa box office, akan dibuat sequelnya. Lihat saja… di film ini, diceritakan bahwa Emak baru saja melahirkan Agil.”

Dan ternyata benar, beberapa minggu lalu aku mendapat info dari salah satu wartawan veteran di Jakarta bahwa  segera dibuat KC-2.  Bahkan aku dibagi potongan kecil film tersebut. 

Jujur  emosiku tergetar lagi saat melihat dialog Rara dan Euis di sana.  Gosip resminya akan diluncurkan tahun depan. Tetap diproduksi oleh Visinema.

KC memang warisan AA tiada tara. Bagi Indonesia. (Habis)

Penulis adalah pemerhati seni pop. Tinggal di kota Semarang.

Avatar photo

About Supriyanto Martosuwito

Menjadi jurnalis di media perkotaan, sejak 1984, reporter hingga 1992, Redpel majalah/tabloid Film hingga 2002, Pemred majalah wanita Prodo, Pemred portal IndonesiaSelebriti.com. Sejak 2004, kembali ke Pos Kota grup, hingga 2020. Kini mengelola Seide.id.