Ribuan orang warga Afganistan menuju ke bandara internasional, yang menjadi satu-satunya bandara yang beroperasi di negara itu, dalam upaya putus asa untuk melarikan diri. Kemana saja.
SEKUAT tenaga politisi Indonesia mencoba memanipulasi fakta perubahan sikap Taliban “yang baru” – Taliban yang ingin berdamai – tak bisa mengingkari fakta bahwa ribuan rakyat Afganistan tengah dilanda ketakutan dan berebut melarikan diri dari negerinya, setelah kelompok bersenjata ini merebut kembali kendali negara itu.
Tak ada lagi perlindungan dari Amerika Serikat dan koalisi internasional, negeri ini di bawah ancaman kelompok Islam radikal yang selama ini identik dengan kebrutalan
Dari ibukota mereka, Kabul, ribuan orang telah menuju ke bandara internasional, yang menjadi satu-satunya yang beroperasi di negara itu, dalam upaya putus asa untuk melarikan diri. Kemana saja.
Tapi kemana ribuan pengungsi Afganistan akan pergi?
Beberapa ribu warga Afghanistan disebut telah menyeberang ke Pakistan tidak lama setelah Taliban menguasai Kabul, sementara sekitar 1.500 warga Afghanistan dilaporkan telah memasuki Uzbekistan dan tinggal di tenda-tenda dekat perbatasan, sebagaimana dilaporkan BBC.
Hampir 1,5 juta melarikan diri ke Pakistan pada tahun 2020, sementara Iran menjadi tuan rumah bagi 780.000, menurut angka UNHCR.
Jerman berada di urutan ketiga, dengan lebih dari 180.000, sementara Turki hampir 130.000.
Menurut data Komisioner PBB untuk Pengungsi atau UNHCR (United Nations High Commissioner for Refugees) tahun lalu, diperkirakan terdapat 2,2 juta pengungsi Afghanistan yang telah berada di negara tetangga.
Lalu, total diperkirakan terdapat 3,5 juta orang yang telah kehilangan tempat tinggal di daerah perbatasan Afghanistan akibat dari konflik yang sedang berlangsung dan ketidakstabilan politik.
Bahkan sebelum Taliban merebut kembali kendali, lebih dari 550.000 orang terpaksa meninggalkan rumah mereka tahun ini karena pertempuran, menurut UNHCR.
Itu berarti sekitar 3,5 juta warga Afghanistan saat ini menjadi pengungsi internal di dalam negeri.
Menurut BBC, Taliban mengendalikan semua titik perlintasan darat utama dengan tetangga Afghanistan (ditunjukkan pada peta di bawah) dan militan mengatakan mereka tidak ingin warga Afghanistan meninggalkan negara itu.
Laporan menunjukkan hanya pedagang atau mereka yang memiliki dokumen perjalanan yang sah yang diizinkan untuk menyeberang.
“Sebagian besar warga Afghanistan tidak dapat meninggalkan negara itu melalui jalur reguler,” kata juru bicara Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR), Jumat.
Tentara Afghanistan lari ke negara tetangga setelah bentrok dengan Taliban. “Sampai hari ini, mereka yang mungkin terancam bahaya, tidak memiliki jalan keluar yang jelas.”
Namun, beberapa pengungsi telah berhasil menemukan jalan keluar dari negara tersebut.
Pada hari Jumat, seorang pejabat NATO mengatakan lebih dari 18.000 orang telah diterbangkan keluar dari bandara sejak Taliban mengambil alih, tetapi tidak jelas berapa banyak dari mereka adalah warga negara Afghanistan.
Di sisi lain, pada tahun ini, warga Afghanistan juga harus menghadapi kekeringan parah dan kekurangan pangan di sebagian besar negara. 14 juta orang – lebih dari sepertiga populasi Afghanistan- menderita kelaparan, sebagaimana dilaporkan dalam Program Pangan Dunia PBB pada bulan Juni lalu. bbc/dms