Menurut gurunya, Ken Arok adalah murid yang tangkas, cerdas dan ingatannya pun sangat kuat. Selain itu, ia dikenal sebagai seorang pemberani dan kuat menghadapi beragam gejolak dalam tantangan hidup. Setelah dinyatakan lulus, Lohgawe memperbolehkan Arok meninggalkan perguruan. Tujuannya adalah mengabdi di Tumapel.
Oleh RIRIZ SENO
Ibunya bernama Ken Ndok dari dusun Pangkur bersuamikan Gajah Para dari dusun Campara wilayah ke-akuwu-an kerajaan Kediri. Istilah Gajah kala itu merupakan sebutan lain dari Wedana yaitu pembantu adipati kerajaan. Sejak masih didalam kandungan Ken Arok telah lebih dulu ditinggal wafat ayahnya. Setelah dia lahir, Ken Ndok ibunya diambil oleh raja Kediri. Oleh karena itu, bayi Ken Arok pun ditinggalkan di sebuah pemakaman, hingga ditemukan oleh seorang bernama Lembong, kemudian diasuhnya. Konon, Ken Arok tumbuh menjadi anak yang sangat bengal nakal, suka berjudi, Lembong sudah tak sanggup lagi mengasuhnya. Dalam petualangannya, kemudian diangkat anak oleh Bango Samparan, seorang perampok dan bandar judi. Bersama ayah angkat barunya, sepak terjang kriminal Ken Arok semakin menjadi. Ia bersama teman-temannya, menjadi bandit yang sangat ditakuti di Karautan Panawijen (Polowijen).
Menurut Kitab Pararaton, asal-usul Ken Arok sebenarnya tidak diketahui secara pasti. Pararaton yang ditulis pada 1287 saka atau 1365 M berisikan sejarah raja-raja, dipakai sebagai rujukan utama untuk menelisik riwayat Kerajaan Singasari maupun Majapahit. Ada pula yang merujuk dari buku karya Prof Slamet Muljana Menuju Puncak Kemegahan Sejarah Kerajaan Majapahit, yang tentunya akan sedikit berbeda uraian hasilnya. Begitu juga dalam buku karya Langit Kresna Hadi Hantu Padang Karautan, maupun buku Arok Dedes karya Pramoedya Ananta Toer. Sebenarnya dalam sekian banyak buku, yang substansif dibicarakan adalah siapa ayah Ken Arok sebenarnya, Gajah Para atau seorang Brahmana.
Disebutkan, petualangan Ken Arok di dunia hitam akhirnya usai setelah ia bertemu dengan seorang Brahmana bernama Lohgawe yang konon datang dari India untuk mencari titisan Dewa Wisnu di tanah Jawa. Selain disebut sebagai titisan Dewa Wisnu, tulis Slamet Muljana dalam Menuju Puncak Kemegahan, Ken Arok juga diklaim sebagai putra Dewa Brahma yang terturunkan melalui rahim dari seorang perempuan bernama Ken Ndok. Sebelum berguru ke Lohgawe, Arok juga pernah berguru kepada Mahaguru Tantripala. Menurut gurunya, Ken Arok adalah murid yang tangkas, cerdas dan ingatannya pun sangat kuat. Selain itu, ia dikenal sebagai seorang pemberani dan kuat menghadapi beragam gejolak dalam tantangan hidup. Setelah dinyatakan lulus, Lohgawe memperbolehkan Arok meninggalkan perguruan. Tujuannya adalah mengabdi di Tumapel.
Singkat cerita, atas rekomendasi brahmana Lohgawe, Ken Arok diterima sebagai pengawal akuwu Tunggul Ametung di Tumapel. Namun perkembangannya, setelah terbiasa melihat Ken Dedes, ia justru jatuh cinta kepada Ken Dedes, istri Tunggul Ametung yang saat itu sedang mengandung. Menurut Brahmana Lohgawe, Ken Dedes memiliki madyar hamurup (cahaya bersinar) dan merupakan titisan dari Sri Naricwari (ratu dari semua wanita). Ia mengatakan siapapun yang memperisterinya, akan mendapatkan kebahagian dan menjadi raja besar. Mendengar apa yang disampaikan Lohgawe tentang Dedes, semakin kuat tekad Ken Arok untuk melakukan kudeta terhadap Tunggul Ametung. Rencana ini sebenarnya sudah mendapat tentangan dari Lohgawe, namun Ken Arok tak peduli akan peringatan darinya. Ia telah dipenuhi ambisi besar untuk mendapatkan hati Ken Dedes.
Dengan siasat cerdik berbau licik, dilengkapi kharisma, kecerdasan dan keberanian, semakin banyak simpatisan pengikut Arok di Tumapel. Ia menyusun semuanya yang tentu tidak sendiri. Dari dia pesan senjata, dalam hal ini keris kepada Empu Gandring, yang misal kalau kita umpamakan bahwa Gandring sebenarnya adalah seorang penguasa pengusaha senjata apa saja pada masanya. Dalam waktu cukup lama setiap ditagih keris yang dipesannya tidak jadi jadi. Kesabaran Ken Arok sudah tidak dapat ditahan lagi, ia murka kepada Empu Gandring yang ia curigai juga punya ambisi untuk merebut Tumapel, maka direbutlah keris yang belum jadi langsung ditusukan ke Empu Gandring. Sebelum menemui ajal Gandring mengeluarkan kutukan sumpah kepada Arok, bahwa akhirnya nanti keris akan membunuh 7 raja, termasuk Ken Arok dan keturunannya.