Kenali Ragam Penurun Demam

#1. Parasetamol

Golongan ini efek analgesik (meredakan sakit) kurang kuat, selain daya anti inflamasi (mengobati peradangan) yang relatif rendah. Namun golongan obat yang satu ini paling banyak digunakan sebagai pereda demam dan mengurangi rasa nyeri/sakit yang menyertai demam. Tapi tidak digunakan untuk menangani radang.

Golongan ini dianggap paling aman, paling sedikit menimbulkan efek samping, serta dosis maupun frekuensi pemakaiannya relatif rendah. Bahkan bisa diberikan pada bayi dan anak.

Tentu saja pemberiannya harus mengedepankan kehati-hatian dan benar-benar sesuai takaran yang dianjurkan. Cukup dalam dosis kecil, yakni 30 mg untuk anak usia 1-3 tahun, dan 50 mg untuk anak usia 5 tahun.

Efek sampingnya baru akan timbul jika diberikan dalam dosis tinggi. Adapun efek samping yang paling ditakutkan adalah kerusakan hati mengingat obat ini bekerja di liver.

#2. Ibuprofen

Golongan ini antipiretik (menurunkan demam dan gejala lain yang menyertainya) rendah. Jadi, lebih mengandalkan efek analgesik dan anti inflamasi yang cukup tinggi. Mekanisme kerja obat penurun demam golongan ini adalah menghambat terbentuknya prostaglandin. Yakni senyawa yang dapat menyebabkan demam. Kecuali derivate asetaminofen yang bekerja langsung pada susunan syaraf pusat.

Obat golongan ini bekerja menurunkan demam sekaligus meredakan nyeri. Namun kerap menyebakan iritasi lambung sebagai efek samping. Penggunaannya pada anak hanya boleh bagi anak minimal usia 6 bulan atau setahun. Karena mengandalkan analgesik dan anti inflamasi, golongan ini lebih banyak dimanfaatkan sebagai antirematik atau nyeri pada persendian dan sejenisnya. Efek sampingnya belum banyak diteliti lebih jauh. Selain belum ada kepastian mengenai dosis maksimal yang aman dan sampai seberapa banyak akan terakumulasi dalam tubuh hingga memunculkan efek samping.

  #3. Asetosal/Salisilat

Jika dilihat dari aspek farmakologisnya, golongan ini menempati urutan teratas atau paling cepat dan efektif untuk menurunkan demam (efek antipiretik). Selain memiliki efek anti inflamasi mengatasi radang sekaligus sebagai anti nyeri dengan efek analgesik.

Namun pemberian pada anak tak lagi dianjurkan, hingga kini jarang sekali digunakan. Mengapa? Karena banyak penelitian yang menghubungkan penggunaan obat golongan ini dengan Reye Syndrome. Syndrome ini nantinya dikhawatirkan menyebabkan gagal hati maupun gagal ginjal. Meski belum dipastikan bagaimana mekanismenya sampai menyebabkan gangguan fatal pada organ-organ vital tubuh.

Selain itu, efek samping seperti iritasi lambung juga lebih kuat dibanding pada pereda demam golongan lainnya. Salah satu gejalanya adalah muntah, atau bahkan muntah darah jika terjadi perdarahan di lambung.

Bahkan pada orang dewasa sekalipun, penggunaannya dibatasi hanya 1 gram sekali minum. Itu pun bukan sebagai penurun panas. Namun untuk indikasi lain. Yakni anti agregasi atau anti penggumpalan trombosit agar darah tak mudah beku, terutama pada pasien pasca stroke dan darah tinggi. (Puspa) – nakita

Avatar photo

About Gunawan Wibisono

Dahulu di majalah Remaja Hai. Salah satu pendiri tab. Monitor, maj. Senang, maj. Angkasa, tab. Bintang Indonesia, tab. Fantasi. Penulis rutin PD2 di Facebook. Tinggal di Bogor.