Seide.id – Dari nenek moyang dulu kita mengenal minyak kelapa. Terpikir, ketika minyak goreng sawit susah, dan harganya naik, kenapa tidak memilih minyak kelapa, lebih murah dari minyak goreng sawit. Dari 6 butir kelapa bisa menghasilkan satu liter minyak kelapa. Harga pengepul kelapa tua Rp 3.000/butir, atau Rp 18.000 bahan baku untuk seliter minyak kelapa. Sekarang kita masih menemukan minyak kelapa di desa-desa.
Asam Laurat
Dalam makanan kita mengenal lemak jenuh (saturated fatty acid) dan lemak tidak jenuh (unsaturated fatty acid). Tubuh butuh keduanya. Lemak jenuh sendiri tidak lebih menyehatkan dibanding lemak tidak jenuh. Minyak kelapa tergolong lemak jenuh, tidak lebih menyehatkan dibanding lemak tidak jenuh minyak zaitun, minyak biji matahari, atau minyak jagung. Namun minyak tidak jenuh yang menyehatkan, 5-6 kali lebih mahal dari minyak goreng dan minyak kelapa, selain minyak tidak jenuh berubah menjadi lemak jenuh bila terlampau dipanaskan, maka cukup dikonsumsi mentah, atau sekadar untuk menumis saja.
Sifat lemak ditentukan oleh rantai karbonnya. Makin panjang rantai karbon, makin tidak menyehatkan. Lemak minyak goreng dan minyak kelapa tergolong rantai menengah (medium chain fatty acid). Di antara lemak rantai menengah yang tidak lebih menyehatkan dibanding lemak tidak jenuh, minyak kelapa masih lebih menyehatkan dibanding minyak goreng. Apalagi dibanding lemak jenuh rantai panjang (long chain fatty acid) dalam mentega, atau gajih hewani. Lebih dari itu, minyak kelapa mengandung asam laurat (lauric acid), yang tergolong lemak esensial yang lebih menyehatkan.
Banyak laporan ihwal manfaat asam laurat bagi kesehatan. Zat berkhasiat monolaurin yang memberi manfaat pada asam laurat. Asam laurat dimetabolisme dalam hati, tidak perlu enzim, tidak melalui chilomicron, dan tidak disimpan menjadi deposit gajih di bawah kulit bila dikonusmsi berlebihan seperti lemak jenuh lain.
Disebut-sebut asam laurat bersifat antioksidan, peredam radikal bebas (free radical). Kita tahu radikal bebas menjadi musuh orang sekarang. Tubuh orang sekarang sudah kebanjiran radikal bebas berasal dari dalam maupun luar tubuh. Udara, air yang diminum, obat, jamu, gelombang elektromagnetik peralatan listrik, zat tambahan dalam makanan-minuman. Itu sebab butuh lebih banyak tambahan suplemen antioksidan, karena antioksidan yang diproduksi tubuh orang sekarang sudah tidak mencukupi lagi akibat bajirnya radikal bebas yang dihadapi orang sekarang tidak sebanjir yang dialami nenek moyang dulu. Suplemen antioksidan diperoleh dari vitamin C, vitamin E, dan betacarotene.
Kita tahu banyak penyakit yang muncul sekarang sebab tubuh kebanjiran radikal bebas, selain sejumlah penyakit metabolik, penyakit jantung, stroke, juga kanker. Asam laurat juga dilaporkan meningkatkan kolesterol baik HDL (high density lipoprotein), meningkatkan ketosis, dan meredam oksidative stres yang merusak sel. Satu manfaat berharga, asam laurat dilaporkan bersifat antiperadangan.
Sekarang terungkap seiring bertambahnya umur, bagian dari proses menua (aging process), berlangsung proses peradangan menyeluruh dalam tubuh (subclinical inflammation), selain kian memendeknya unsur gen telomere, adakah reaksi DNA repair dalam tubuh. Maka kalau kepingin umur lebih terulur, proses peradangan tubuh yang menyeluruh ini perlu direm. Asam laurat selain kunir (biocurmin) memberi manfaat itu.
Banyak riset, studi, dan trial klinik ihwal minyak kelapa. Masyarakat yang terbiasa mengonsumsi minyak kelapa tidak ada laporan berisiko memikul efek buruk minyak kelapa terhadap jantung, malah meninggikan kolesterol baik HDL (high density lipoprotein). Munculnya pro-kontra laporan efek buruk minyak kelapa menjadi bias oleh karena dilakukan pada masyarakat yang pola konsumsinya kebarat-baratan (westerinized), tidak pada masyarakat yang mengonsumsi minyak kelapa, mereka yang menunya banyak serat, ikan, dan sayur mayur.
Hikmah minyak goreng langka
Kondisi minyak goreng langka di mata medis diterima sebagai hikmah menuju hidup yang lebih sehat. Orang sekarang semakin banyak yang tidak sehat sebab yang mereka makan salah. Bukan lagi menu seimbang (balance diet) porsi karbohidrat kira-kira 60 persen, protein 25 persen, dan lemak cukup 15 persen.
Pola makan orang sekarang cenderung boros lemak, dan tinggi protein. Bistik contohnya. Daging 2 ons, padahal perlunya 80 gram saja. Konsumsi lemak gajih, minyak goreng, margarin, dan mentega yang melebihi 15 persen dari total kalori harian tubuh, berarti porsi makan bukan menu seimbang lagi, dan itu menyalahi kodrat yang diminta tubuh. Belum pilihan apa yang dikonsumsi sudah menu olahan, zat tambahan (food additve), selain tidak sesuai kodrat yang diminta tubuh, tubuh dimasuki oleh zat yang asing dari menu olahan, bumbu kimiawi, dan bahan yang tidak aman seperti pewarna buatan, pemanis buatan, penyedap berlebih, serta pengawet yang tidak diperkenankan.
Sekali lagi tubuh butuh lemak juga. Porsi lemak nabati lebih banyak dari lemak hewani. Lemak tidak jenuh lebih banyak dari lemak jenuh. Melihat porsi konsumsi minyak goreng masyarakat, dan kesukaan akan gorengan, rata-rata tubuh kebanyakan kita sudah kelebihan lemak yang tidak menyehatkan.

Kita tahu lemak jenuh, terlebih dari margarin dan mentega (butter), berkorelasi dengan kejadian penyakit jantung, stroke, selain stroke, serta kanker. Wanita dengan bibit kanker payudara (BRCA), yang konsumsi harian daging merah dan lemaknya 4 kali lipat lebih banyak, kankernya muncul. Demikian pula dengan kanker prostat pada laki-laki.
Lemak jenuh berlebih disimpan dalam gajih bawah kulit, selain ditimbun pada organ-organ dalaman. Terkena fatty liver, atau hati berlemak misalnya. Lemak berlebih membentuk sosok tubuh yang kurang elok, dan menu harian yang boros lemak menjadi bom waktu untuk munculnya sejumlah penyakit.
Bisa dihitung kalau satu potong gorengan memberikan 90 Kkalori, karena berisi sekitar 10 gram minyak goreng, dan satu gram lemak memberikan 9 Kkalori, sedang sepiring nasi putih memberi sekitar 180 Kkalori atau setara dengan 2 potong gorengan. Itu kenapa, yang mengaku makan nasinya sedikit sekali tapi kenapa gemuk, jawabannya karena camilan gorengannya, teh botolnya, kudapan kuenya, es krim dan cokelatnya, yang malah lebih besar kalorinya, tidak dihitung.’
Supaya pemakaian minyak goreng atau minyak kelapa tidak berlebihan, mengapa tidak memilih serba pepesan, serba rebusan, dan dimasak secara tim. Lemak diperoleh dari ikan, daging ayam, selain kacang gado-gado dan karedok. Dengan pilihan ini bisa lebih menyehatkan, selain pemakaian minyak goreng harian menjadi lebih terbatas.***
PS:
Harga kelapa per butir Rp 3.000 catatan dari pengepul untuk produksi skala besar, dan harga pasar lebih tinggi tentu. Jadi harga minyak kelapa lebih tinggi dari minyak goreng. Itu bisa dijadikan semacam kompensasi kelebihan sifat minyak kelapa buat tubuh.
Salam susah minyak goreng,
Dr Handrawan Nadesul