Seide.id – Keris merupakan hasil kebudayaan yang diperkirakan sudah ada sejak pada masa Jawa Kuna.
Sejak Kapan Keris Eksis?
Berdasarkan pendapat Ibu Edi Sedyawati, salah satu arkeolog perempuan Indonesia dalam tulisannya yang berjudul “Keris Pada Masa Jawa Kuna”, beliau menyatakan jika dari karya-karya sastra berbahasa Jawa Kuna sejak abad ke-11 Masehi khususnya pada Kakawin Arjunawiwāha yang ditulis pada masa pemerintahan raja Erlangga, telah dijumpai kutipan yang menyebutkan bahwa kris adalah adalah senjata untuk perang.
Sumber tekstual kedua yaitu Kakawin Sumanasāntaka.
Karya sastra tersebut ditulis pada abad ke-12 yaitu pada masa pemerintahan Kadiri, disebutkan bahwa kris digunakan sebagai senjata potong.
Sumber tekstual berikutnya yaitu Kakawin Sutasoma yang ditulis pada abad ke-14 yaitu pada masa pemerintahan Majapahit, disebutkan bahwa keris itu diberi sarung, dan dibuka jika hendak mau digunakan.
Bagaimana Proses Pembuatan Keris?
Keris merupakan hasil kebudayaan yang berupa perpaduan teknologi dan seni.
Keris sendiri dibuat dengan menggunakan teknik tempa (hot working techniques) yang cukup rumit.
Kerumitan tersebut terletak pada seni tempa pamor yang indah.
Apakah itu pamor?
Pamor merupakan penyatuan atau perpaduan antara besi dengan meteorit.
Secara etimologis pamor berasal dari kata ‘amor’ yang artinya menyatu atau berpadu.
Ibu Edi Sedyawati juga menambahkan informasi terkait pamor yang merupakan bubuhan logam kedua dan pada dasarnya harus lebih putih daripada logam besi pokoknya melalui proses penempaan.
Haryono Haryoguritno dalam bukunya yang berjudul “Keris Jawa Antara Mistik Dan Nalar” mengatakan bahwa bahan terbaik dalam pembuatan keris yaitu besi yang belum mengalami fase cair, kecuali pada waktu diolah dari bijih besi, sehingga kristal-kristalnya masih heterogen.
Hal tersebut yang akan menimbulkan tekstur yang indah pada bilah keris.
Pengakuan UNESCO atas Keris
Keris diakui sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO pada tanggal 25 November 2005. Keris telah ditetapkan sebagai “Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humanity”, sebuah Karya Agung Warisan Kemanusiaan.
Penghargaan tersebut diserahkan oleh Direktur Jenderal UNESCO yaitu Khoiciro Matsuura kepada Wakil Presiden Indonesia Bapak Jusuf Kalla di Jakarta pada tanggal 6 Desember 2005.
Oleh: Khoirunnis Salamah