Seide id– Sore itu, ketika sedang menyapu kebun, saya dihampiri cucu lelaki saya yang pulang dari bermain.
“Mbah, tadi ada teman Nyong yang kesambet setan, sepulang memancing di dekat kuburan Mbangkawak. Dia ‘ndleming’ minta dibelikan sepeda. Kuburan Mbangkawak itu angker, ya, Mbah?”
“Nggak, Le. Paling temanmu itu stres, karena pengin sepeda. Lalu pura-pura kesambet setan.”
“Tapi teman Nyong itu disembur air jampi-jampi sama Mbah Dukun, lalu sembuh,” sanggah cucunya penasaran.
“Kalau sudah besar, kau bakal tahu sendiri, Le…” jelas saya, lalu menyuruhnya untuk segera mandi.
Kesambet?
Kata kesambet yang akhir-akhir ini jadi viral gara-gara seorang tokoh yang terobsesi ingin jadi pejabat, kaya, dan terhormat.
Tidak harus jadi heran, kaget, atau penasaran, jika obsesi yang gagal alias tidak tercapai membuat orang itu kehilangan akal sehat.
Banyak di antara mereka merasa paling benar, pintar, dan mumpuni dalam segala hal. Mereka jadi tendensius dan berpikir negatif terhadap orang lain.
Mereka mempunyai kesimpulan sendiri dan sulit diajak berdiskusi. Karena apa pun penjelasan atau argumen yang diberikan orang lain itu tidak didengar dan diperhatikan. Pendek kata, mereka tidak mau peduli dengan kebaikan orang lain.
Untuk mewujudkan obsesinya itu mereka tidak segan menghalalkan segala macam cara. Yang penting, tujuan tercapai.
Dalam menyikapi mereka yang gila hormat itu kita tidak harus frontal menghadapinya. Karena tidak ada gunanya dan itu kontra produktif. Lebih baik waktu kita untuk bekerja, membangun, melakukan hal-hal baik dan bermanfaat bagi banyak orang.
Langkah bijak untuk mengantisipasi mereka yang haus kekuasaan itu, ya, sekali lagi tidak perlu ditanggapi atau diladeni.
Coba lihat, ketika dicuekin mereka jadi blingsatan, ibarat cacing yang kepanasan. Mereka terus nyinyir dan menghujat, hingga tak sadar membuang kotoran di celana sendiri.
Tetap komitmen, konsisten, dan terus berjuang untuk kemajuan NKRI.
…
Mas Redjo/ Red-Joss
