Masa Pandemi Masa Perang Bisnis Farmasi
Seide. Perang bisnis dimulai lagi. Hari Jumat lalu, ketika Menteri Erick Tohir dan Moeldoko muncul bersama obat Ivermectin, harga kapsul Invermectin seharga Rp 7,000, langsung melonjak ke angka Rp 80,000. Untuk kemasan botol, dari harga Rp 72,000, naik menjadi Rp 365,000, sehari kemudian langsung melonjak menjadi Rp 680,000. Itupun di pasar marketplace. Toko obat sudah tak ada,
Semakin banyak yang terpapar covid19, semakin harga obat naik gila-gilaan. Obat cacing Ivermectin yang tadinya ditaruh di rak bawah, sekaeang dipajang di counter utama.
Ivermectin adalah obat antri parasit hewan. Di luar, banyak beredar kesaksian obat ini cocok untuk covid19. Sudah banyak yang minum dan sembuh. Itu pengakuan yang beredar di medsos. Masyarakat membabi buta memborong obat yang disebut pejabat dan televisi.
Seorang dokter di Kebayoran Lama memborong 2,000 Ivermectin kapsul untuk pasiennya. Padahal BPOM ( Badan Pengawas Obat-obatan dan Makanan) justru menyarankan agar masyarakt tidak membeli obat yang belum teruji.
PT Harsen Industri yang sebelumnya memproduksi obat-obatan kurang populer, tiba-tiba jadi perhatian. Mereka mengklaim bahwa Ivermectin yang diproduksi manjur untuk Covid19. Buktinya sudah banyak yang sembuh. Sayangnya, konon, BPOM menjegalnya. Mereka masuk pabrik Hansen dan menghalang-halangani untuk disebaran. BPOM menyangkah dan pabrik menyatakan yang membuat pernuatan di medsos itu bukan orang dari pabrik.
Saat ini Ivermectin sedang diuiji di 8 buah Rumah Sakit selama 3 bulan. Jika terbukti manjur, akan disusulkan untuk diperbanyak di farmasi BUMN. Pemerintah tampaknya tak sabar melihat covid makin merajalela.
Sementara itu, selain Ivermectin, orang-orang pinggiran mencari susu Bear Brand yang sejak sebulan ini menjadi favourite warga dalam upaya memperkuat diri terhadap covid19. Obat China juga mulai dijajakan melalui grup WA dan Twitter. Vitamin C, D dan vitamin imun lain ludes terkuras.
Perang farmasi sedang terjadi. Penjual gegabah mengumbar harga, konsumen membabibuta memborong apa saja.
Untung sore ini , Sabtu 3 Juli 2021, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin cekatan muncul di televisi. Di tangannya ada Keputusan Menkes Nomor HK.01.07/MENKES/4826/2021. Harga tertinggi Ivermectin ditetapkan Rp 7,500.
Obat lain untuk covid19 juga ditetapkan. Favipiravir 200 mg tablet HET-nya Rp 22.500, dan Remdesivir 100 mg injeksi dalam bentuk vial Rp 510,000. Oseltamivir 75 mg kapsul Rp 26.000, Intravenous Immunoglobulin 5 persen 50 ml infus Rp 3.262.300.
Pemerintah juga menetapkan harga Intravenous Immunoglobulin 10 persen 25 ml infus Rp 3.965.000, Intravenous Immunoglobulin 10 persen 50 ml infus Rp 6.174.900, Ivermevtin 12 mg tablet Rp 7.500, dan Tocilizumab 400 mg/20 ml infus dalam bentuk vial Rp 5.710.600. ( ms)