OLEH : Dr HANDRAWAN NADESUL
Tiga Webinar Covid oleh pengundang yang berbeda hari-hari belakangan ini disambut dengan puluhan pertanyaan awam. Banyak pertanyaan awam yang masuk akal untuk diluruskan agar tidak menyesatkan. Termasuk apa ivermectin yang sekarang harganya menggila lipatan kali normal, seakan obat daftar G yang harus dengan resep dokter ini, siapa saja bisa memilih sendiri, tak ubahnya obat warung.
Apa boleh menelan ivermectin sendiri tanpa sepengetahuan dokter? Jawabnya tidak. Badan pengawasan obat Amerika Serikat FDA merestui ivermectin, obat cacing yang dilebarkan indikasinya bukan saja sebagai obat cacing dan kudis, melainkan juga untuk Covid-19, baru tahapan untuk uji klinik, belum direstui untuk dipakai secara luas. Demikian pula restu BPOM kita, baru untuk uji klinik pasien Covid-19.
Menyimak lebih 91 studi ivermectin sebagaimana terhimpun dalam ratusan jurnal medik dunia, opini medik terbelah. Sebagian menyatakan ivermectin memberi khasiat buat terapi Covid-19, sebagian menyanggahnya. Argumentasi sanggahan pihak yang tidak sepakat ivermectin untuk Covid-19 terbukti secara ilmiah tidak berkhasiat untuk Covid, dan belum terbantahkan.
Bahwa betul ivermectin mampu menekan replikasi virus Covid-19, namun itu terjadi pada tabung reaksi laboratorium atau in vitro, bukan pada tubuh manusia. Diperlukan dosis lebih sepuluh kali lipat bila ditelan manusia agar kadar ivermestin mampu menekan replikasi Covid-19. Pada dosis sebesar sepuluh lipatan kali itu tubuh keracunan, khususnya menimpa sistem saraf. Mengapa dosis yang dianjurkan tidak berkhasiat?
Oleh karena secara farmakokinetk maupun farmakodinamik, sifat bioavailabilitas ivermectin, yakni ketersediaannya dalam darah sangat rendah apabila diberikan dosis yang diperkenan untuk tubuh manusia. Logika mediknya, dosis tersebut tidak mungkin untuk menekan replikasi Covid-19. Bila tetap diminum juga, yang ada hanya memikul risiko efek sampingnya belaka, bukan memperoleh khasiatnya.
Masyarakat kita tidak salah. Dalam situasi panik, ibarat sedang terancam akan tenggelam, mereka mencari apa saja yang bisa dipegang demi tidak sampai tenggelam. Mendengar ada obat baru yang secara misinformasi, atau disinformasi, meyakinkan mereka memilihnya sebagai pegangan demi tidak menjadi korban Covid.
Kasihan masyarakat kita yang mulai tersesat, yang begitu panik (panic buying), mendengar anjuran kiri-kanan sebagian dari bukan pihak medik-farmasi, yang kurang berkompeten, terjebak menggunakan obat yang belum terbukti secara ilmiah berkhasiat, karena uji kliniknya belum selesai.
Menyimak laporan tak kurang 91 studi ivermectin sebagamana terhimpun dalam ratusan jurnal medik dunia, kalangan medik dan farmasi tentu belum bisa menerima ivermectin untuk melawan Covid-19.
Salam sehat