Oleh dr Handrawan Nadesul
Ada ikatan antara badan dan jiwa, body and mind. Apa yang dipikirkan dan dirasakan, dialami juga oleh badan. Apa yang digalaukan oleh jiwa dialami pula oleh badan. Maka tidak cukup menguatkan badan saja, kalau jiwanya galau, sia-saia melawan penyakit fisik apapun. Kalau pikiran dan perasaannya kacau, sia-sia membuat sekokoh apapun badan.
Sekuat-kuat badan, bisa tumbang juga kalau jiwanya galau. Kalau beban stressor yang dipikul kelewat berat. Kalau jiwa tidak mampu beradaptasi dengan stressor harian. Kepanikan, rasa takut, rasa cemas, rasa risau, kini sama kuatnya mendera orang di tengah beban yang dipikul badan terancam, atau diancam oleh virus Covid-19. Oleh informasi sesat, oleh seliweran infodemic yang tak bertanggung jawab.
Itu maka kegiatan menenangkan jiwa lewat meditasi, yoga, dan sejenis itu lainnya, menjadi penting sekarang ini. Banyak orang gagal menguasai jiwanya, sehingga lalu menjadi sakit kendati badannya sedang tidak sakit.
Psychosomatic kini banyak diderita orang di dunia, jauh hari sebelum Covid datang. Jadi terlebih-lebih kini, beban jiwa bertambah oleh pikulan akibat pikiran dan perasaan negatif, kondisi stres, tak bisa lagi diredam. Bantuan teknik bagaimana menyelaraskan body and mind dalam kondisi kedaruratan jiwa banyak orang, kini dibutuhkan. Jangan-jangan peran jiwa yang galau yang melebihi, sehingga kendati fisiknya normal, tetap menjadi sakit juga. Parno terhadap Covid, bikin badan serasa sakit Covid juga. Penderitaan jiwa dihibahkan ke penderitaan fisik.
Besok saya diundang Paguyuban Budhis KBTI, membahas bagaimana agar badan dikuatkan sehingga tidak perlu sampai jatuh sakit Covid-19. Ada siasat dan strategi yang bisa pihak medik lakukan untuk itu. Untuk itu perlunya masyarakat diperkenalkan hal-ihwal penyakit Covid-19 sedetil mungkin. Minggu berikutnya, 15 Juli, Pak Merta Ada penggagas Bali Usada membahasnya dari aspek jiwa, bermeditasinya, tapa brata-nya.
Masih banyak celah, bolong-bolong dalam persepsi masyarakat yang perlu ditambal ihwal menghadapi Covid-19. Tak lain agar masyarakat, misalnya memahami benar mengapa perlu memakai, melepas, memperlakukan masker dengan benar. Tanpa penguasaan itu, memakai masker sebatas hanya karena takut dihukum. Dan itu yang terjadi sehingga pemakaian masker, pilihan masker, dan memperlakukan masker banyak tidak tepat tidak benarnya.
Perlu memahami, bagaimana virus yang tidak kelihatan itu tersebar dan menyebar ke sekitar kita, dan dengan cara bagaimana memasuki tubuh, perlu dikenali persis, supaya masyarakat sungguh memahami. Supaya sadar mengapa tidak boleh melakukan ini-itu, wajib mematuhinya bukan karena ada petugas. Sadar bahwa keteledoran diri sendiri di musim pandemi menyusahkan orang lain, selain merugikan diri sendiri, bahkan bisa sampai mengorbankan jiwa orang lain juga.
Seperti biasa, saya mengupas semua itu sejak pertama awal dulu saya menyampaikannya dalam webinar, hingga kali ini sudah puluhan kali. Rasanya selalu ada tambahan informasi baru yang perlu saya sisipkan setiap kali webinar berikutnya.
Kita tahu, temuan ihwal Covid-19 selalu bertambah dalam hitungan hari, datang dari banyak studi di banyak negara di dunia. Ada informasi yang berubah selain ada yang bertambah. Dan untuk itu saya harus menyimaknya supaya senantiasa yang saya sampaikan informasi Covid-19 yang termutakhir, dan benar di mata medik, bukan yang tak jelas, dan tak masuk nalar medik.
Salam sehat !