OLEH : dr. Handrawan Nadesul
1. Monitor keluhan dan gejala apakah muncul. Kalau muncul gejala apakah keluhan dan gejala tersebut kian berangsur bertambah berat
Bila bertambah berat, yang penting memonitor sesak napas. Kalau frekuensi pernapasan lebih dari 20 X/menit, waspada. Itu menunjukkan kondisi sesak napas. Lakukan kegiatan “olah napas” di udara terbuka, dengan menghela napas sedalam kita bisa, menahannya selama kita bisa, lalu melepaskannya perlahan. Ulangi selama 15 menit. Bila sesak napas bertambah berat, laporkan ke pihak Puskesmas.
2. Monitor saturasi oksigen setiap 1-2 jam. Bila menurun di bawah 93% tanda perlu waspada, dan butuh pertolongan RS. Ada alat oxymetri pengukur saturasi oksigen dengan cara dipasang di jempol tangan.
3. Pertolongan pertama di rumah, saturasi oksigen dapat diangkat dengan cara memposisikan badan dengan bersujud (“Proning” posisition) setiap beberapa kali menghela napas, dilanjutkan dengan sengaja membantukkan. Ulangi sampai napas menjadi lebih lega.
Bila masih tetap tidak membaik, atau malah memburuk, bisa dibantu dengan tabung oksigen portable bila tersedia di rumah. Kalau tidak ada, minta bantuan puskesmas terdekat, atau langsung ke RS rujukan.
4. Upayakan untuk tetap tenang tidak panik dengan keniscayaan bahwa 95 persen kasus Covid bersifat menyembuh sendiri (self limiting), hanya 5 persen kasus yang menjadi sakit berat, dan kritis. Makin baik kekebalan tubuh, makin besar peluang sembuh.
5. Untuk meningkatkan kekebalan tubuh perlu menu bernutrisi tinggi, ekstra telur, cukup buah dan sayur-mayur – lakukan jalan kaki di halaman rumah sambil berjemur, dan cukup istirahat dan cukup tidur.
6. Suplemen: Ester-C 2×1 – Vitamin D3 5.000-10.000 iu tergantung kadar vitamin D dalam darah (Bila kurang dari 100, perlu dosis lebih tinggi) – Vitamin E 200 iu – Mg 350 mg/hari – Zn 30 mg/hari – Vitamin K2 150 mcg (biasa sudah digabung bersama vitamin D3) – Yoghurt 3 x setiap habis makan.
7. Kalau ada demam minum antidemam obat warung. Juga kalau ada batuk bisa minum OBH sirop.
Pasien Isoman yang mulai muncul gejala tidak boleh tetap di rumah, terlebih yang cepat memburuk, perlu melaporkan ke Puskesmas terdekat, atau langsung menghubungi RS rujukan.
Catatan Khusus
Idealnya pasien isoman memeriksakan laboratorium darah untuk mengetahui status perjalanan penyakit Covidnya sampai di mana. Namun biaya pemeriksaan laboratoirum darah tidak ringan.
1. Laboratorium darah rutin: Leucocyt tinggi – Ratio neutrophyl:lymphocyt > 3,4 – Monocyt > 8.0 – Thrombocyt menurun —> gambaran kasus Covid.
2. Penanda peradangan: CRP (C-reactive protein) – BSR (blood sedimentation rate)/LED (laju endap darah) – LDH (lactate dehydrogenase) ketiganya meninggi —> gambaran kasus Covid lebih berat.
3. Penanda gangguan penggumpalan darah (coagulopathy): D-dimer – Fibrinogen – Prothrombin semua meninggi —> gambaran kemungkinan terjadi penggumpalan darah.
Barang tentu tidak pada setiap kasus Covid memberi gambaran laboratorium yang sama utuh seperti di atas. Tidak juga sama pada setiap kasus Covid. Tergantung kondisi kasus per kasus, seberapa kekebalannya (immune system), berapa besar dosis virus yang masuk (viral load), adakah penyakit penyerta (comorbid).
Makin lengkap utuh hasil laboratorium darah kasus Covid, makin mengarah kepada keparahan penyakit, khususnya bila marker atau penanda peradangan dan penanda penggumpalan darah meninggi. Sekaligus ini menjadi petunjuk kalau perjalanan penyakit memburuk.
Namun pihak puskesmas yang akan memantau kapan pasien isoman sudah memerlukan bantuan RS rujukan. Yang saya tuliskan di atas sekadar pegangan saja supaya ada yang masih mungkin dapat dilakukan apabila selama isoman mengalami hal-hal sebagaimana diungkap di atas.
Pemberian obat-obatan untuk terapi Covid-19 tentu menjadi wewenang dokter. Maka saya tidak etis kalau menuliskannya di sini.