Seide.id – Bukan konglomerat orang yang paling kaya di dunia melainkan orang sehat. Itu maka hanya ada satu pilihan menuju sejahtera sepanjang hayat. Menjadi orang sehat. Sekarang belum terlambat Anda memulainya. Modalnya kemauan hati bercita-cita kesana.
Untuk bisa tiba ke sana dokter tak banyak menolong. Anda sendiri melakukannya. Tak seorang bisa menalangi untuk tercapainya cita cita Anda yang satu ini. Dunia harus berubah. Orang juga harus berubah Karena jika tidak, sepuluh tahun ke depan 400 juta jiwa di dunia melayang akibat sejumlah penyakit yang muncul lantaran salah memilih gaya hidup (Sydney Resolution, 2009).
Sekadar kalau tak tepat menu dipilih, petaka kesehatan menimpa tubuh Anda.
Fakta miris itu sudah ada di depan kita sekarang. Kendati alat medis makin canggih, namun yang sakit tidak selalu tertolong. Uang dan harta tak lagi punya makna ketika kerusakan tubuh tak mungkin ditebus dengan uang. Tubuh menjadi rusak karena kesehatan tidak kita investasi. Hidup lalu menjadi sia-sia. Mungkin mencapai umur panjang, namun percuma bila sisa hidup tidak sehat.
Kalau kita tidak sehat, segala yang teraih sejak muda kapan dinikmati. Percuma semua serba dimiliki kalau hanya terbaring, tak boleh makan ini-itu, lalu tak merasa sejahtera. Jangan pernah menyalahkan Tuhan kalau itu terjadi. Nasib kesehatan Anda ada ditangan Anda sendiri.
Pada Mulanya Apa Yang Kita Makan
Tubuh kita otobiografi apa yang kita makan sejak lahir. Bila sempurna pilihan menu, tubuh kita elok sampai tua. Tubuh bertumbuh serasi. Nutrisi terkait bukan saja dengan kegemukan. Sebagian orang modern berisiko kurang gizi sebab yang dimakan tidak semuanya tepat.
Bukan bistik yang tubuh kita minta, melainkan justru menu nenek moyang kita. Sepiring nasi, sepotong ikan, tempe, tahu, semangkuk lodeh, atau sayur asam, dan lalapan. Menu itu yang bikin nelayan Okinawa, sebuah pulau kecil di Jepang, sekarang orang paling panjang umur di dunia.
Bistik bukan menu pilihan karena bukan tergolong menu seimbang ( balance diet). Menu baru hadir seturut kodrat tubuh bila lebih banyak zat pati ketimbang lemak dan protein. Menu kuno nenek moyang kita di juluki “ Mediterranian Diet”. Seperti itu mestinya yang kita anut. Bukan “Tiger Diet”, kalau tak ingin tubuh menyimpan “ bom waktu” serombongan penyakit yang bikin banyak orang di didunia mati premature (premature death). Kematian yang sebetulnya belum ajal belum maut.
Ingin tahu makanan apa yang sesungguhnya di minta tubuh? Mari kita amati gigi-geligi kita. Jumlah taring mengisyaratkan kalau kita cukup makan daging sesekali. Banyaknya gigi seri mengingatkan kita perlu lebih banyak makan buah. Banyaknya geraham kita memastikan bahwa tubuh butuh lebih banyak sayur, biji-bijian, padi-padian, umbi-umbian. Itu maka alangkah bijak bila menginsafi bahwa tubuh kita dituntun berselera lebih sebagai kambing, ketimbang kera dan harimau.
Nasi, ubi, jagung, sagu eloknya lebih banyak ketimbang daging-dagingan.
Gara-gara orang di dunia mengekor menu kebarat-baratan, tubuh banyak orang di dunia ikut rusak. Gemuk tapi kurang gizi, salah satunya, Kelihatan sehat tapi badan banyak mengeluh. WHO menyebut kondisi rata-rata orang sekarang sebagai”hidden hunger”. Ada yang kurang dalam tubuhnya, kendati makannya banyak.
Sekarang orang mampu membeli menu apa saja, tapi pilihan yang dikonsumsi salah. Di satu sisi tubuh kelebihan kalori. Pada saat yang sama tubuh banyak pula kurang zat gizinya. Zaman sekarang nasib bahan makanan sudah “sakit”sejak awal. Selain sudah tak segar karena disimpan, diolah berlebihan, diawetkan, ditambahkan bahan kimia pula. Itu semua menjadikan menu tak akrab dengan tubuh. Makanan sakit begini yang bikin mesin tubuh tak lancar berputar, selain ikut pula merusaknya.
Bertahun-tahun tubuh di asupi menu salah, dapur tubuh jadi kacau. Sel tubuh tak lengkap mendapat makanan. Makanan tubuh berasal dari dua sumber. Apa yang kita makan dan seberapa cukup oksigen kita hirup. Kalau cara bernafas orang sekarang cenderung pendek dan tidak dalam sebab kurang gerak, oksigen tak cukup untuk bikin sel tubuh selalu bugar. Itu kenapa orang sekarang banyak yang jadi pucat, lesu, dan lemah. Kinerja menurun, dan orang gagal senantiasa tampak sumringah.
Menu harian orang sekarang tampil serba salah. Kalori berlebih, namun zat gizinya makin terbatas karena sudah hilang oleh proses. Menu harian tak lengkap karena makan serba instan seadanya, dan lauk satu-dua macam belaka. Kita menyebutnya cara makan monodiet. Makan hanya dengan satu macam lauk pauk belaka. Dan itu pasti tidak mencukupi. Tubuh membutuhkan 45 jenis zat gizi yang hanya terpenuhi bila menu harian selau berisi empat-lima macam menu di meja makan setiap kali makan.
Rata-rata menu orang sekarang sudah kehilangan zat gizi karena kelewat diolah (refined diet), bahanya sudah tak segar akibat disimpan, dan sudah diawetkan pula. Ditambah dominasi menu cenderung lebih daging-dagingan ketimbang zat pati, itulah awal petaka penyakit orang modern. Terancam serangan kanker salah satunya.
Kanker makin banyak sekarang, menu menyimpang musabab terbanyaknya. Kejadian kanker banyak terkait dengan apa yang orang makan. Harus disebut bahwa kini kanker usus besar mengalahkan angka kanker lain. Kaitan kanker amat dekat dengan makanan. Yang banyak makan daging-daginggan lebih berisiko terkena kanker (the china study, 2006).
Bahwa daging-dagingan, ikan, dan telur benar memang tetap tubuh butuhkan. Tak perlu di musuhi dan menjadi anti terhadapnya. Yang keliru karena kita sering terlewat batas mengonsumsinya. Kalau saja arif tetap menganut menu seimbang, tubuh pasti terbentuk harmoni.
(Dr Handrawan Nadesul)