Seide.id – “Jika kita berbuat dosa dan tidak setia, Allah tetap setia, karena DIA tidak dapat menyangkal diri-Nya.”
Setia, kesetiaan itu harga mati dan tidak bisa diganggu gugat bagi hidup umat beriman. Kesetiaan itu fondasi iman agar kita jadi pribadi yang rendah hati untuk fahami rencana Allah.
“Karena Allah sangat mencintai dan mengasihi, doa saya dikabulkan-Nya setelah 30 tahun,” seorang Bapak mensyeringkan imannya.
Saya terperangah menatap Bapak itu kurang percaya. Bagaimana tidak. Berdoa selama 30 tahun agar doanya dikabulkan Allah. Bapak itu melafalkan doa setiap hari, mungkin juga sepanjang hari. Wow!
Sekali lagi, saya meragu, tapi, juga penasaran.
Dari pengalaman beberapa orang yang pernah mensyeringkan doa pada saya, doa itu jadi nyata, ketika diwujudkan ke dalam tindakan. Misalnya, kita mendoakan fakir miskin agar peroleh rezeki. Seusai berdoa, kita langsung membeli makanan lalu dibagi-bagikan pada mereka.
Ada juga yang bilang, ketika berdoa sebaiknya tidak meminta, karena sesungguhnya hidup ini anugerah. Allah mengetahui kebutuhan kita dan selalu memberi yang terbaik seturut rencana-Nya.
Padahal, sebenarnya tujuan dari berdoa itu untuk membangun kedekatan hubungan kita dengan Allah. Selain, tentu saja, agar kita tidak lupa bersyukur dan berterima kasih atas anugerah-Nya.
Doa yang dikabulkan setelah 30 tahun itu mengingatkan saya pada cerita Ibu Elisabet yang melahirkan Yohanes, atau Ibu Hana yang dianggap mandul itu melahirkan Samuel.
Begitu pula dengan Bapak itu. Ia merasa bersalah, karena terlalu memanjakan anak, sehingga jadi berandalan. Untuk menebus silih dosanya itu ia rajin laku prihatin dan mohon ampunan-Nya. Akhirnya anak itu insaf, setelah ke luar dari penjara.
Doa, berdoa yang dilakukan terus menerus dan tanpa jemu itu mampu menggetarkan pintu surga. Tidak ada doa yang sia-sia, karena Allah melihat hati. Dan IA memberikan yang terbaik bagi orang yang percaya dan mengimani-Nya. (Mas Redjo)