“Setia untuk sehidup semati, baik dalam senang maupun susah, sehat atau sakit …,” itulah mantra pernikahan suci. Janji pasangan suami istri untuk hidup bersama dan saling setia.
Semudah diucapkan, tapi teramat sulit untuk dilakukan. Kesetiaan itu ibarat menegakkan benang basah, karena kita harus berjuang dengan kesungguhan hati agar kita mampu mewujudkannya.
Bersikap setia itu harus menjadi dasar dan komitmen bersama dalam keseharian. Tidak cukup melalui kata-kata manis, tapi yang utama lewat sikap, perhatian, dan saling mengasihi agar kesetiaan mengakar kuat dalam keluarga.
Rumah tangga yang dilandasi kasih itu seperti dibangun di atas batu karang yang kokoh. Ketika masalah timbul dan badai persoalan mendera, rumah tangga itu tidak goyah. Komitmen dan tanggung jawab bersama adalah benteng pertahanan yang kuat.
Setiap kali timbul beda pendapat, pasangan harus berani menahan diri, mengalah, dan lebih banyak mendengar agar duduk persoalan semakin jelas. Sekaligus agar kita mudah menyamakan persepsi. Apapun masalah yang muncul itu harus segera diselesaikan dengan baik agar tidak berlarut-larut dan semakin ruwet.
Sebaliknya, kelemahan sebuah rumah tangga itu umumnya datang dari pikiran yang sempit, curiga, tidak percaya pasangan, dan dari keinginan jahat.
Pasangan yang akrab dengan pihak ketiga, hati kita panas karena cemburu. Kita ingin pergi ke mana, pasangan tidak mau menemani, sebaliknya sibuk sendiri. Saat kita sakit, pasangan kurang perhatian. Dan seterusnya. Berprasangka yang negatif itu muncul, karena kita terbawa oleh emosi dan pikiran sendiri.
Berbeda hasilnya, jika sejak awal kita membangun rumah tangga yang memiliki komitmen dan tanggung jawab yang didasari kasih. Keterbukaan untuk bersikap jujur dan saling percaya menjadi motivasi agar kita tetap konsisten mendahulukan kepentingan keluarga.
Kesetiaan itu jalan panjang agar kita menjadi pribadi yang murah hati dan rela berkorban. Berani untuk mengampuni, mengasihi, dan melayani keluarga sebagai wujud keikhasan hati.
Kesetiaan itu menghidupi sampai kita kembali kepada Ilahi, Sumber Kesetiaan Sejati. (MR)
Setia dan Berkomitmen pada Janji Pernikahan, walau Badai Rumah Tangga Menerjang