Ketika Dipuji, Bayangkan Orang itu Sedang Menginjak Kepala Kita

Pujian itu sering kali membuat kita hanyut dan lupa diri. Kita seakan tengah melayang di awan. Ketika jatuh, kita terhempas di tanah dan sakitnya tak terperikan.

Begitu pula, jika kita mudah terbius oleh pujian. Kita selalu ingin menjadi yang terdepan, terhebat, terpintar, tersukses, dan yang terpaling lainnya.

Setiap berbicara dengan siapapun, kita selalu mengedepankan aku, atau bisa jadi kita tidak memberi kesempatan kepada orang lain untuk berbicara.

Ketika kita haus pujian, kita menjadi tinggi hati dan lapar untuk dihormati.

Kesombongan itulah awal dari kehancuran.

Berapa banyak orang yang jatuh terpuruk karena gila pujian?

Berbeda halnya, jika kita memiliki semangat rendah hati. Deraan pujian tidak membuat kita terlena dan lupa diri.

Ketika dipuji, kita berasa seakan kepala yang diinjak, dan sakit.

Rasa sakit itu yang membuat kita sadar diri. Bahwa prestasi, sukses, atau memperoleh harta berlimpah, semua itu anugerah Allah.

Anugerah Allah yang harus disyukuri, bukannya untuk dibanggakan, dipamerkan, atau disombongkan. Tetapi harus kita pertanggung-jawabkan.

Kita jangan menyia-nyiakan karunia Allah, dan mengecewakan-Nya. Bakat dan talenta yang kita miliki itu harus digali untuk pengembangan diri.

Kita berkarya dan berbagi kasih pada sesama itu bukan untuk menyombongkan diri, melainkan sebagai ungkapan syukur untuk memuji dan memuliaan Allah. Karena IA berkenan menggunakan kita sebagai saluran berkat-Nya. (MR)

Avatar photo

About Mas Redjo

Penulis, Kuli Motivasi, Pelayan Semua Orang, Pebisnis, tinggal di Tangerang