HANDRAWAN NADESUL
Medical Doctor, Health Motivator, Health Book Writer and a Poet
Seberapakah retak waktu menanti tidurmu. Melampaui ingatanku pada kisah tentang langit. Barangkali sekarang, atau entah kapan , tak kulihat lagi kenangan, dan semua baris syair yang pernah kutulis, seelok apapun hidup yang aku sisakan, entah untuk apa.
Aku tetap mengingatmu, anting-anting yang pernah kusemat, mungkin menghiburku. Kutahu kamu pun tak mampu menolongku untuk masih sempat mendengar lagumu, merasakan kembali semerbak bunga kantilmu, atau sekali lagi bisa menggenggammu.
Ada baiknya aku tuliskan semua remah hidupku supaya kamu tahu seberapa rapuh perahu di ombak dan angin yang telah membelah jalanku. Sekarang kurasakan betapa tidak berdayanya setangkai ranting, sekerat angan-angan, kala tangkaiku hanya bisa melambai, saat-saat merasakan sudah kehilangan semua.
Tak mungkin kuseka kesenduanku di setiap jendela ketika aku sudah harus menunggu. Tak ada siapa-siapa di luar sana. Tidak juga kamu, yang pernah memberi aku sapu tangan, kecupan, dan sepasang mata kesumba yang susah kulupa. Akan tiba juga saat aku tak punya apa-apa, selain mengenang selendang lembayung dan kalungmu, yang pernah kupasang pada setangkai hidupku.
HANDRAWAN NADESUL