Gegara bekerja keras, kita mudah terserang suntuk. Pikiran ini serasa buntu, tubuh loyo, dan semangat hidup merosot.
Ketika dihinggapi perasaan suntuk, kita sering menjadi salah tingkah, gelisah, dan tidak tahu harus bagaimana dan berbuat apa. Seakan semua berasa serba salah dan membosankan.
Secara otomatis, produktivitas kerja kita juga menurun. Untuk memulai bekerja kembali, kita seperti menunggu mood datang terlebih dulu.
Akibatnya, kita menunda pekerjaan. Jika hal ini dibiarkan berlarut-larut, pekerjaan semakin menumpuk, dan kita bisa stres!
Suntuk itu hal biasa, semua orang pernah mengalami. Perasaan suntuk semakin menyiksa, jika kita tidak segera mengatasinya.
Langkah mudah untuk menghilangkan suntuk adalah dengan mengenali akar persoalan dan sebab musabab suntuk itu muncul.
Faktor suntuk itu dipengaruhi oleh tekanan pekerjaan, masalah rumah tangga, menganggur, usaha bangkrut, dan seterusnya.
Besar kecilnya persoalan itu, jika dipikir serius dapat membuat kita menjadi suntuk.
Salah satu faktor pemicunya adalah, apa yang kita lakukan dalam keseharian itu cenderung monoton dan membosankan.
Sekiranya kreatif, kita ditantang untuk melakukan hal-hal baru, dan bervariasi.
Hal baru ini yang membuat kita tidak bosan melakukannya. Sebaliknya, kita hepi dalam berkreasi. Sehingga kita semakin produktif, dan hasilnya jauh lebih baik.
Perasaan suntuk itu dapat dihindari dan dijauhi, jika kita mempunyai banyak kesibukan, kreatif, berinisiatif, dan ringan tangan. Sehingga tak ada waktu berlalu dengan percuma.
Resep untuk tidak mudah suntuk itu juga sederhana.
Ketika lelah bekerja, kita bisa istirahat sambil berkumpul dengan keluarga, sahabat, atau rekreasi.
Atau, mengatasi suntuk dengan istirahat tidur, juga banyak membantu. Fisik kita istirahat, bangun tidur pikiran pun menjadi jernih.
Lelah fisik dan pikiran itu ibarat baterai jiwa hidup kita. Baterai yang lemah itu perlu dicas agar kita tetap semangat menjalani hidup ini.
Sesibuk apapun kita, biasakan kita datang kepada keheningan, baik dengan meditasi, membaca firman Allah, atau berdoa. Tidak harus berlama-lama, tapi lebih baik kita belajar untuk membiasakan diri.
Dengan mendekatkan diri kepada Allah, jiwa kita selalu disegarkan. IA adalah sumber hidup dan kekuatan kita. (MR)