Orang bilang, menilai orang lain itu lebih mudah, ketimbang melihat balok di pelupuk mata sendiri.
Kenyataannya, hal itu tidak berlaku pada orang yang rendah hati.
Orang rendah hati itu selalu berpikir positif terhadap orang lain, seperti menilai diri sendiri.
Ia sadar sesadarnya, dirinya banyak kekurangan dan kelemahan yang harus dibenahi. Sehingga ia tidak sempat dan tidak mempunyai waktu untuk menilai keburukan orang lain.
Bahkan, ketika dimintai komentarnya tentang kelompok santri yang menutup telinga untuk menghindari mendengarkan musik profan, ia tersenyum dan tak mau menanggapi. Karena hal itu tidak ada untungnya!
Alasannya, semua indra manusia itu karunia Allah dan baik adanya. Tergantung pada kita untuk menggunakan dan memanfaatkannya.
Bahkan ada tertulis, jika mata ini membuat kita berdosa, cungkil dan buanglah. Lebih baik kita miliki satu mata, ketimbang miliki dua mata, tapi dibuang ke dalam api neraka.
Intinya, hidup kita harus fokus dan diarahkan kepada hal yang baik dan positif agar tidak mengotori hati sendiri.
Selain itu, untuk menjadi rendah hati, kita harus berani belajar ke luar dari ego sendiri.
Dengan mendalukan kepentingan orang lain, kita menjauhi rasa ketersinggungan atau menyakiti perasaan.
Dengan belajar memahami orang lain, kita belajar untuk mengalahkan keinginan sendiri.
Diakui atau tidak, menilai dan menghakimi orang lain itu membuat kita sombong, tapi bijak jika kita mau mawas diri. Sebab menghakimi orang itu domain dan mutlak hak Allah Yang Maharahim.
Mudah melihat kesalahan orang lain itu biasa. Yang hebat itu jika kita mampu melihat kekurangan atau kelemahan sendiri untuk berbenah, memperbaiki, dan berbuah dalam kasih Allah.
(Mas Redjo)