Foto : Pexels/Pixabay
Konon, seorang putra raja hendak menpersunting seorang calon permaisuri.
Diberitakan kepada para gadis jelita, bahwa barang siapa ingin dipersunting oleh putra raja dipersilakan untuk mengambil “benih bunga” dan merawatnya hingga menghasilkan jenis bunga terindah.
Maka, beramai-ramailah para gadis jelita menerima serta mulai jerawat bibit bunga itu.
Tatkala saat sayembara tiba, tampak puluhan dan bahkan ratusan bunga indah di dalam pot yang tak kalah cantiknya dipajangkan.
Tampak betapa bangga, bahagia, dan terharu hati raja karena menyaksikan ada “sebuah pot tanpa bunga.”
Maka, sang putra raja pun segara memanggil sang gadis yang potnya tanpa bunga itu.
“Putri jelita, mengapa potnya tanpa bunga?”
“Maafkan saya tuanku, saya telah mencoba, menanam, menyirami, dan bahkan berdoa agar bertumbuh bunga indah, namun bibit bunga ini tetap tidak bertumbuh.”
“Wahai sang jelitaku,
kamu bukannya gagal, tetapi justru, kamulah pribadi yang sungguh kuidamkan. Lewat sayembara ini, aku mencari seorang calon permaisuri yang berhati jujur.”
“Mengapa, Tuanku berkata demikian?”
“Karena semua benih yang kuberikan dan disayembarakan itu telah kupanggang. Mustahil akan menumbuhkan bunga. Kini, aku sungguh yakin, bunga-bunga yang indah bermekaran ini, tentu bukanlah berasal benih yang aku berikan.”
Dengan penuh percaya diri sang putra raja pun bertutur:
“Yang aku cari adalah calon permaisuri yang berhati jujur dan bukan bunga yang indah.”
Saudara, betapa luhurnya, sekeping hati yang tulus dan jujur, Andakah sang pemilik hati itu?
Wolotopo, 19 Desember 2022