Oleh FANNY J POYK
Suatu hari Bapak saya GP ( Gerson Poyk) bercerita, ia terlunta-lunta di Hawaii. Kala itu Bapak tengah mengikuti International Writing Program di IOWA, University, Amerika Serikat. Peristiwa itu terjadi tahun 1972.
Kepergiannya ke Hawaii untuk jalan-jalan dan bertemu dengan para penulis kenalannya. Dalam keadaan nelangsa karena uang cekak dan lapar, ia ingat alamat penulis Indonesia yang diberi seorang sahabatnya.
Lalu, sebelum menuju ke tempat penulis itu, dan supaya perutnya kenyang, ia minum air di keran yg selalu ada di mana-mana, di kota itu.
Usai minum air gratis, bapak saya, GP menuju ke alamat yang dituju. Seorang pemuda, tinggi gagah namun berwajah dingin menerimanya. Di sana Bapak kebingungan karena di dapur tak ada kompor untuk memasak.
Lalu sang teman mengeluarkan panci listrik, mengisinya dengan beras, daging dan sayuran serta air. Tak lama semua masakan itu matang dan makanlah mereka. Temannya itu menyuruh bapak menginap di apartemennya, tepatnya mirip asrama.
Bapak saya yang pernah tinggal di Jakarta namun tetap merasa ‘kampungan’, takjub dengan panci elektronik itu. Kata temannya tanpa ekspresi, “Semua bisa dimasak di situ, kecuali perempuan.”
Bapak terkekeh. Ia menganggap temannya itu meski wajahnya dingin dan datar, ia lucu. Di ucapannya yang jenaka itu, mengandung makna yang liar terkadang absurd, sama seperti karya-karyanya.
Dan teman yg kemudian menjadi sahabatnya, meski mereka jarang saling menyapa, kini sudah menyusul Bapak, mungkin setelah mereka berjumpa, imaji ‘liar’ mereka berkembang lagi di sana.
Well, selamat berjumpa dengan Bapakku Gerson Poyk di suasana yang baka pak Budi Darma, berbincanglah kalian tanpa pusing memikirkan hari esok dan rasa sakit yang menusuk raga. Rest in Peace for both of you.