Seide.id – Pagi hari itu, Kamis 26/8, Mohammed Jan Sultani pamit pada pada ayahnya, Ali Rahmani. Ia dan istrinya serta dua anak mereka: Zahid (4 tahun) dan Zahra (2 tahun) nekad hendak pergi ke bandara Kabul.
Keadaan makin menegangkan di Kabul.
Setelah ayah dan anak berpelukan, mereka segera berlalu sambil menenteng dua ransel berisi pakaian seadanya dan sedikit bekal uang untuk bertahan beberapa hari.
Tekad Jan Sultani sudah bulat, ia ingin mengungsi ke luar negeri.
Sejak ibukota Kabul jatuh ke tangan Taliban di Minggu 16/8 lalu, dan pemerintahan nasional Afganistan kolaps, Jan Sultani melihat ia sudah tidak memiliki masa depan lagi bila harus terus bertahan di negaranya.
Jan Sultani bukan orang sembarangan, ia juara nasional Taekwondo Afganistan. Masih muda, baru berusia 25 tahun, dan ia sedang penuh semangat ingin terus mengembangkan bakatnya dalam bidang seni bela diri.
Namun dengan berkuasanya Taliban, ia pesimis akan masa depannya sendiri. Jan Sultani sama sekali tidak tahu apakah kelak dunia olah raga akan mendapat perhatian dari pemerintahan yang baru atau tidak, semua serba gelap.
Penyiar TV dipecat.
Setelah menguasai ibukota, Taliban bergerak cepat. Semua aturan dan hukum yang selama ini berlaku, telah diganti.
Mereka melarang musik pop dikumandangkan. Penggemar boy band Korea, BTS, di Afganistan sudah tiarap. Poster dan semua pernak-pernik berbau pop sudah dibakar atau dikubur, bila tidak ingin celaka.
Bersambung: