Kini, Taliban sebentar lagi berkuasa. Namanya sudah pasti masuk di urutan teratas dalam daftar tokoh nasinal Afganistan yang harus dicari.
Jadi, memang tak ada alasan untuk berlama-lama berada di bandara.
Dengan segera mereka mencari loket penerbangan yang masih buka. Ternyata hanya ada satu. Dan celakanya petugasnya menolak saat Sukhria menyodorkan kartu kredit.
“Maaf, harus uang kontan, Bu”
Waduh, ia hanya membawa 100 dollar di dalam tas, jumlah yang tak cukup untuk membayar dua tiket.
Sukhria bingung.
Ia celingukan kesana kemari, mencari bila ada seseorang yang bisa dimintai tolong. Akhirnya, berkat bantuan seorang kenalan yang mau memberinya pinjaman, tiket terbayar, dan pasangan itu segera berlari untuk boarding.
AK-47
Beberapa saat kemudian, mereka berdua sudah berada di dalam pesawat. Lega sekali rasanya.
Selesai?
Ternyata tidak. Pilot mendadak menolak terbang karena ia melihat banyak sekali orang yang masuk sambil membawa senjata.
Hidup di Afganistan, senjata harus selalu dibawa. AK-47 lebih dahulu masuk ke dalam rumah dari perabot yang lain.
Dianggap berbahaya dan melanggar aturan internasional, pilot tetap tak mau terbang. Ia kemudian keluar pesawat sambil mematikan AC.
Seluruh penumpag langsung terdampar dalam pesawat yang diparkir tanpa pendingin udara. Panas, namun banyak orang memilih bertahan.
Taliban datang!