Kisah Dua Warga Afganistan Yang Berupaya Mencari Kebebasan

Setelah memeriksa identitas wajah, iring-iringan dengan cepat segera berlalu. Mereka langsung menuju bandara.

Tanpa terasa minggu dinihari telah tiba…

Di bandara, semua dokumen milik Sukria dan suaminya telah siap, ia termasuk dalam daftar utama warga Afganistan yang harus segera dibawa ke luar negeri.

Keselamatan orang di dalam daftar itu berada di ujung tanduk bila sampai jatuh ke tangan Taliban.

Sukhria dan suaminya kini bisa bernafas lega. Ia berada di dalam tangan orang-orang yang siap melindunginya.

Saat menunggu pesawat, Sukhria menepon Debbie namun tak diangkat, agaknya ia masih terlelap. Jadi ia meninggalkan voice note, “”Hi, Debbie. Finally, we are in the airport. Thank you so much. May God bless you and your family.”

Nasib Jan Sultani

Sekarang, bagaimana dengan nasib Mohammed Jan Sultani? Atlet taekwondo nasional yang tak memiliki koneksi hebat?

 Kamis pagi 26 Agustus ia sudah berada di dalam selokan, jalan menuju pintu gerbang bandara.

Orang-orang berjubel banyaknya. Jan Sultani tertegun, jalan menuju gerbang ternyata tak mudah. Ada ribuan orang!

Peluhnya bercucuran. Ia melirik istrinya yang sibuk menggendong si kecil Zahra. Anak itu menangis karena panas dan terdesak-desak orang. Kakaknya, Zahid diam saja. Ia kelihatan bingung dengan situasi yang sedang terjadi.

Di depan orang semakin padat.

Jan melihat pasukan asing berdiri di atas tanggul. Ia ingin terus mendekat, namun karena padatnya orang, Jan Sultani tak ingin istri dan anaknya celaka.

“Kamu dan anak-anak mundur saja, kesana, agak jauh. Biar saya yang maju terus”

Istrinya mundur. Jan Sultani lalu bergerak maju. Ia berdesak-desakan, bergulat dengan sesama warga Afganistan yang ingin mengungsi. Mereka tak memiliki dokumen legal, murni hanya berharap belas kasihan agar bisa terbawa.

“Sir…bawa saya. Bawa saya, pleasee” orang-orang berteriak. Ada yang mengacungkan dokumen ada yang tidak.

Tentara si atas tanggul tetap tak bergeming.

Jan Sultani terus merangsek maju.

Pada saat itulah terdengar ledakan. Blaar…!! Suaranya sangat keras!

Tubuh-tubuh terlempar ke udara. Lalusuara jeritan dan tangisan terdengar dimana-mana. Kebanyakan suara perempuan dan anak-anak.

Seseorang, dengan rompi penuh peledak, ternyata telah berada diantara orang-orang yang tengah mencari harapan.

169 orang meninggal, termasuk Mohammed Jan Sultani.

Ia tak bisa lagi mengembangkan bakatnya dalam dunia taekwondo. Langkahnya terhenti, di tanah airnya sendiri, tumpah darahnya

(Dari kisah sesungguhnya, Gunawan Wibisono)

*Istri dan 2 anak Mohammed Jan Sultani selamat, mereka kini masih berada di Kabul.

*Shukria Barakzai dan suaminya Senin pagi 23/8 mendarat dengan selamat di Inggris.

Foto Utama: Ali Rahmani, kanan, ayah Mohammed Jan Sultani sedang memperlihatkan piagam yang diperoleh anaknya dalam kejuaraan taekwondo nasional Afganistan.

Avatar photo

About Gunawan Wibisono

Dahulu di majalah Remaja Hai. Salah satu pendiri tab. Monitor, maj. Senang, maj. Angkasa, tab. Bintang Indonesia, tab. Fantasi. Penulis rutin PD2 di Facebook. Tinggal di Bogor.