Salah satu foto paling fenomenal selama PD 2 di Eropa adalah berkibarnya Bendera Merah milik Sovyet di atas gedung parlemen, Reichstag, di Berlin. Peristiwa itu menjadi tanda jatuhnya kota Berlin dan sekaligus berakhirnya era represif rezim Adolf Hitler di Jerman.
Nah, pembuatan foto itu lumayan ribet. Yang naik ke menara ternyata memakai 2 jam tangan, hasil menjarah?Demi hasil yang dramatis foto kemudian direkayasa sedemikian rupa.
Ini kisahnya:
Latar belakang:
Tanggal 1 April 1945, Nazi Jerman semakin terdesak. Dari timur Tentara Merah sudah mendekati perbatasan Polandia. Pimpinan Uni Sovyet –Joseph Stalin- memanggil 3 marsekal lapangannya, ia memberi tantangan: “rebut ibukota Berlin dalam dua minggu, sebelum Amerika dan Inggris merebutnya dari arah barat, maka siapapun pemenangnya akan mendapat medali Hero Of The Sovyet Union (penghargaan tertinggi)”
Ketiga Marsekal menyanggupi. Maka, ketiganya adu cepat untuk merebut Berlin.
Konstantin Rokossovsky melipir dari utara, merebut wilayah Polandia yang dikuasai Jerman dari arah pesisir.
Georgy Zhukov menerjang dari tengah, melewati ibukota Polandia, Warsawa.
Dan, Ivan Konev menjepit dari tenggara dan sisi selatan.
Sementara, dari arah barat, Amerika dan Inggris juga bahu membahu adu cepat hendak merebut Berlin. Dengan adanya adu cepat dari timur dan barat ini membuat tentara Jerman kini terjepit kekuatan raksasa.
Dari sisi Barat, Inggris paling bernafsu mengalahkan Sovyet. PM. Inggris, Winston Churchill, khawatir pengaruh komunis di Eropa kelak setelah Hitler keok. Dengan Inggris merebut Jerman sepenuhnya, pengaruh Sovyet akan tertahan di Polandia. Paham komunis tak akan terasakan di Eropa barat.
Amerika lebih realistis. Tak merebut Berlin juga tidak jadi soal. PR Amerika sendiri juga besar di kawasan Asia. Jepang keras kepala, tetap tidak mudah menyerah meski telah kalah kekuatan di darat, udara dan laut!
26 Maret 1945 kemarin, pulau Iwo Jima baru saja direbut dengan berdarah-darah. Harga yang harus dibayar sangat mahal 17.000 marinir luka-luka, 7.000 lebih gugur hanya untuk menguasai pulau kecil seluas 21 km persegi! Dan, 1 April ini pulau Okinawa sudah dikepung. Okinawa lebih besar, maka, akan jatuh korban berapa banyak lagi?
Belum lagi korban di Eropa, kalau terus memaksakan diri merebut Berlin korban juga akan banyak.
Nah, di Asia saat ini, Amerika butuh serangan pengalih. Perlu kekuatan tambahan dari luar yang bisa ikutan menyerang Jepang, agar kekuatannya makin terbagi dan makin lemah.
Dan serangan tambahan itu hanya bisa dilakukan oleh Sovyet melalui serangan ke Manchuria, kawasan milik Cina yang dikuasai Jepang.
“Jadi, sebaiknya kita sama-sama saling bantu saja” demikian nasihat Eisenhower, terkenal dengan sebutan Ike, jendral Amerika yang memimpin serangan Sekutu di Eropa.
Churchill tetap bersikeras, Berlin harus dikuasai!
Ike lalu mengingatkan “bukankah Inggris perlu merebut kembali kawasan Semenanjung Malaya? Dan memulihkan Singapura?” Churchil tercenung. Benar juga. Semakin cepat Sovyet turun tangan di Machuria, semakin cepat Malaya bisa direbut kembali!
Inggris pun melunak.
“Nah, berapa banyak lagi tentara kita yang jadi korban, bila kita ngotot merebut Berlin?”
Dari timur secara mendadak masuk permintaan dari Sovyet, ini langsung dari Stalin, isinya kurang lebih: “Amerika-Inggris, biarkan Berlin kami yang merebut. Tentara Jerman sejak melancarkan serangan ke timur dalam Operasi Barbarossa, 22 Juni 1941, telah menghancurkan tanah Sovyet. Membantai setiap penduduknya dan membakari kota-kota kami, jadi, biarkan tentara kami yang menyelesaikannya”
Kebetulan!
Bersambung: