Kisah Foto Bersejarah PD2 di Eropa, Ternyata Hasil Manipulasi

Sayangnya karena tentara Jerman yang mempertahankan Berlin masih memberi perlawanan, pasukan Sovyet yang membawa bendera baru bisa mencapai gedung Reichstag malam hari.

Dengan memanjat gedung yang dibangun tahun 1894 itu, Rakhimzahn Qoshqarbaev prajurit berusia 23 tahun akhirnya berhasil menjejalkan tiang bendera di mulut patung wanita ‘Germania’ simbol Jerman, tepat di puncak Reichstag! Apa boleh buat, waktu sudah menunjukkan pukul 22.40, tanggal 30 April, terlalu malam untuk mengambil foto! Itu berarti batas waktu foto yang harus sudah selesai 30 April petang, tak bisa terpenuhi.

Esoknya, adegan pemotretan akan dilakukan, tapi bendera yang sudah terpasang semalam ternyata sudah hilang, kemungkinan diturunkan tentara Jerman yang masih berkeliaran.

Tanggal 1 mei pun gagal karena Jerman masih memberi perlawanan.

Baru tanggal 2 Mei Jendral Helmuth Otto Ludwig Weidling, jendral terakhir Jerman yang mempertahankan kota Berlin, secara resmi menyerah pada tentara Sovyet. Weidling harus realistis 90.000 pasukan tak akan menang melawan 1 juta tentara yang mengepungnya.

Pada acara penyerahan kota hari itu,  terungkap fakta mengejutkan: bahwa ternyata Adolf Hitler telah mati bunuh diri –dengan menembak kepalanya- pada hari Senin petang, pukul 15.30 tanggal 30 April 1945, di Fuhrerbunker (bungker pemimpin), Eva Braun –istrinya- juga bunuh diri.

Hari berikutnya, tanggal 1 Mei, pengikut utama Hitler sekaligus menteri propaganda dan tangan kanannya, Joseph Goebbels, istrinya Magda Ritschel Goebbels dan 6 anaknya yang masih kecil-kecil juga bunuh diri dengan meminum sianida. Semua jenazah dibakar di halaman belakang bungker, menggunakan bensin yang dikumpulkan dengan cara menyedot dari mobil-mobil yang ada di dalam bungker. Jerman sudah tidak memiliki BBM!

Jadi, dengan meyerahnya jendral penguasa Berlin di tanggal 2  Mei, praktis sudah tidak ada tembak menembak lagi di kota itu. Pengambilan foto bisa dilakukan tanpa gangguan!

Fotografer Yevgeny Khaldei membawa bendera merah besar bergambar palu dan sabit yang sejatinya adalah 3 taplak meja merah yang dijahit pamannya, ia naik ke puncak Reichstag dengan menenteng kamera Leica III Rangefinder lensa 35 mm dengan bukaan diafragma terlebar f 3,5.

Yevgeny Khaldei memegang foto karyanya, kiri, dan hasil bidikan Joe Rosenthal di Iwo Jima, kanan.

Dalam perjalan ke atas ia minta tolong 3 orang prajurit Sovyet yang ia temui, agar membantunya membuat sesi foto. Mereka adalah prajurit bernama Kovalev asal Kiev yang kemudian naik di atas semacam tonggak dan mengibarkan bendera dibantu oleh Abdulkhakim Ismailov dan Leonid Gorychev.

Khaldei menghabiskan semua film berisi 36 frame lalu secepatnya terbang pulang ke Moscow.

Setelah negative (klise) foto dipilih dan dicetak Khaldei agak kecewa. Fotonya ternyata agak ‘under’ -gelap- di beberapa bagian, gambar benderanya juga tak hidup bahkan terlihat lusuh, keadaan udara kota Berlin juga berkabut yang malah memberi kesan suram. Fotonya rasanya kurang heroik dan tidak dinamis.

Khaldei jadi iri pada foto Joe Rosenthal di Iwo Jima. Memandang karya Joe, semangat  gotong royong dan persatuan -bangsa- benar-benar terasa dan hidup!

Khaldei lalu melakukan beberapa manipulasi. Menambah terang pada jalanan di bawah dan di bagian latar hingga terlihat cerah bersemangat, di  bagian atas, pada bagian langit dan awan, Khaldei menumpuk gambar asap hitam yang ia ambil dari foto lain hingga terkesan dramatis –ada asap peperangan- dan terakhir, menambah kesan hitam pada bendera agar lebih kuat lekuk-lekuknya.

foto kiri gambar asli, sisi kanan sudah dipergelap hingga efek bendera nampak menonjol

Setelah selesai, Khaldei nampak puas. Fotonya jadi lebih hidup.

Nah, ketika akan naik cetak pada majalah Ogoniok, untuk edisi tanggal 13 Mei 1945, pemimpin redaksi majalah baru menyadari ada yang tak sedap dipandang mata pada foto tersebut.

Sersan Abdulkhakim Ismailov, prajurit yang mendukung tentara yang memanjat, kedua pergelangan tangannya terlihat masing-masing memakai jam tangan. Kemungkinan Ismailov telah merampok jam tangan milik tentara Jerman dan memakainya.

Gambar kiri si prajurit nampak memakai 2 jam tangan, gambar kanan setelah salah satu jam tangan sudah dihapus.

Khaldei sadar bila gambar itu dipaksakan naik cetak, akan memberi kesan tak baik pada Tentara Merah. Stalin akan malu kalau dunia tahu tentaranya adalah perampok. Padahal fakta di lapangan prajurit Sovyet banyak yang melakukan tindakan kriminal seperti membakari rumah orang Jerman, membunuh warga sipil, merampok dan bahkan (maaf) memperkosa wanita Jerman!

Inikah bentuk pembalasan Tentara Merah atas perilaku pasukan Jerman ketika mereka menyerbu wilayah Sovyet 22 Juni 1941? Bisa jadi iya!

Berdasarkan UU negara nyawa Ismailov berada dalam bahaya- karena telah merampok-  fotografer dan pemimpin redaksi majalah juga bisa dihukum mati karena telah mempermalukan Sovyet!

Gawat!

Maka Khaldei lalu mengambil sebuah jarum, jam di tangan kanan Ismailov perlahan-lahan ia kerok!

Setelah bersih, tak terlihat wujud jam, foto bersejarah itu turun cetak.

Hasil akhir foto, setelah semua rekayasa selesai.
Asap itu tambahan, untuk kesan dramatis peperangan aslinya tidak ada.

Uni Sovyet sangat membanggakan foto tersebut dan dicetak terus menerus untuk memulihkan semangat bangsa. Maklum, Sovyet paling babak belur dihajar Jerman, 30 juta warganya tewas sia-sia.

Rakyat Jelata yang masih tersisa  –tua, muda, pria dan wanita-  ramai-ramai mendaftar jadi tentara dan berjuang bersama mengusir penjajah.

Foto Khaldei adalah bukti kemenangan, bahwa warga Sovyet yang kebanyakan rakyat jelata dan kerap dianggap manusia kelas bawah yang tak ada harganya, bisa mengalahkan negara yang selalu merasa superior!

Sekali lagi,

bendera bukan cuma secarik kain, pada bendera terdapat harga diri bangsa….

Gunawan Wibisono.

Avatar photo

About Gunawan Wibisono

Dahulu di majalah Remaja Hai. Salah satu pendiri tab. Monitor, maj. Senang, maj. Angkasa, tab. Bintang Indonesia, tab. Fantasi. Penulis rutin PD2 di Facebook. Tinggal di Bogor.