Seide.id – Isoroku Yamomoto sampai juga ke rumahnya. Ia seorang jendral bintang dua di Angkatan Laut Jepang, sekaligus wakil menteri Angkatan Laut Jepang sejak Desember 1936.
Jabatannya tinggi. Toh, hidupnya sangat sederhana. Rumahnya kecil dengan halaman mungil di bagian depan. Pergi dan pulang kantor, Iso, demikian ia biasa dipanggil, lebih suka memakai sepeda.
Hari ini istimewa. Dari kantor, Pak Iso menelepon Reiko Mihashi, istrinya, agar membelikan seekor ikan kakap dan digoreng hangat-hangat sebagai lauk makan malamnya bersama anak-anak.
Pak Iso turun dari sepeda. Tukang ikan agaknya baru selesai mengantarkan pesanan, begitu melihat Pak Iso, ia membungkuk dalam-dalam sebagai rasa hormat yang amat sangat.
Di Tokyo, tahun 1936, siapa yang tidak mengenal Isoroku Yamamoto? Wakil Menteri AL sekaligus prajurit Angkatan Laut Jepang yang gagah berani yang ikut mengalahkan armada AL Rusia di tahun 1904 di teluk Korea!
Akibat perang itu, Pak iso luka di paha kanan hingga jalannya agak pincang. Jari telunjuk dan jari tengah tangan kirinya juga terpaksa diamputasi karena ledakan hebat. Pak Iso adalah pahlawan!
Isoroku Yamamoto, lahir dengan nama Takano Isoroku, ayahnya hanya seorang guru biasa. Saat berusia 30 tahun, sang ayah meninggal, Isoroku pun diadopsi oleh keluarga Yamamoto, keluarga samurai yang terpandang dan kaya raya di Jepang.
Tradisi adopsi di Negeri Matahari Terbit adalah hal biasa. Bila suatu trah/ keluarga kehilangan anak laki-laki sebagai penerus nama keluarga, maka kelurga ini akan memilih orang yang dirasa cakap dari kalangan di luar keluarga, mengadopsinya, dan meneruskan nama kelurga kepada anggota baru ini.
Dan keluarga Yamamoto merasa cocok dengan mengadopsi Takano Isoroku yang segera mensahkan keputusan adopsi itu secara keagamaan.
Maka sejak saat itu namanya berganti: Isoroku Yamamoto.
Sejarah kemudian mencatat, ambisi AD Jepang terus mendesak pemerintah dan terus menekan Kaisar agar Jepang segera mengumumkan perang pada Amerika, Inggris, Perancis dan Belanda, demi merebut sumber alam dari cina daratan, kawasan indocina yang kaya akan beras serta Sumatera dan Kalimantan yang waktu masih dikuasai Belanda yang melimpah hasil minyaknya.
Semua pejabat militer setuju. Hanya satu petinggi AL yang masih waras. Ia adalah Isoroku Yamamoto yang menolak keras jalan perang, “Jepang sangat tergantung hidupnya dari negara lain, seperti: minyak, baja dan tekstil, lalu, siapkah kita bila negara lain menghentikan suplai ini kalau kita mengumumkan perang?” ujar Sang wakil Menteri itu.
Bersambung: